Kamis, 23 Februari 2012

Taubat Ala Ulat


Awalnya dia hanyalah makhluk yang sangat kecil. Rumahnya tak lebih besar daripada sebutir merica. Begitu keluar dari rumahnya, dia akan langsung mencari makan. Tak tanggung-tanggung, makannya sangat banyak sekali. Seluruh tubuhnya seolah-olah hanya terpenuhi dengan makanan. Banyak orang tak suka dengan sifat rakusnya tersebut, selain karena tubuhnya yang membuat orang merasa jijik. Namun, setelah beberapa hari, dia seolah menyadari perbuatannya. Dia bertapa di dalam sebuah rumah barunya. Dia tidak makan juga tidak minum.
Setelah berhari-hari menjalani pertapaannya, dia keluar dari rumahnya dalam wujud barunya. Wujud yang jauh berbeda dari sebelumnya. Tubuhnya menjadi sangat indah dan elok, membuat orang terpesona saat melihatnya. Dia menari-nari dari satu bunga ke bunga lain.
 
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Maidah: 191)

Allah menciptakan dunia dengan segala keindahannya adalah untuk manusia agar manusia dapat mengambil pelajaran sehingga dapat lebih mengenal Tuhan-Nya. Banyak kejadian di alam yang menjadi bukti kebesaran-Nya. Seperti peristiwa terbit dan terbenamnya matahari, kapal yang dapat berlayar di laut, dan turunnya hujan dari langit.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. Al-Baqarah: 164)

Tanda-tanda kebesaran Allah juga nampak dalam pola tingkah laku hewan. Sekawanan lebah mampu membuat suatu bangunan yang memiliki nilai arsitektur tinggi. Padahal mereka tidak pernah belajar dari induk mereka dan tidak membuat rancangan rumahnya terlebih dahulu. Sekawanan semut mampu bekerjasama dengan baik dalam membangun sarang dan mencari makanan. Kekompakan dan kerjasama mereka sangat luar biasa.

Begitu pula proses metamorfosis pada hewan. Proses metamorfosis pada kupu-kupu sangat mirip dengan proses penciptaan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah dari suatu saripati yang berasal dari tanah. Saripati tersebut menjadi sel sperma yang bertempat di rahim. 40 hari kemudian sel sperma itu berubah menjadi segumpal darah. Dan dalam 40 hari pula segumpal darah tersebut akan berubah menjadi segumpal daging. Setelah genap 4 bulan, segumpal daging tersebut menjadi tulang-belulang. Tulang-belulang tersebut kemudian dibungkus dengan daging sehingga terbentuklah jasad manusia yang utuh. Barulah setelah itu Allah meniupkan ruh ke dalam tubuh manusia.

Proses perkembangan manusia menjadi sempurna tidak hanya terjadi dalam proses penciptaannya saja. Dalam kehidupannya, manusia juga mengalami proses metamorfosis. Hanya saja, metamorfosis tersebut tidak terjadi dalam fisik manusia, tetapi terjadi dalam hatinya. 

Saat manusia lahir, hati manusia masih bersih dan suci. Tak ada satupun dosa yang melekat sampai ia tumbuh dewasa (baligh). Dalam tahap ini, manusia seperti telur ulat.
Begitu tumbuh dewasa, hati manusia mulai berlumuran dosa. Tak ada satupun yang tidak mempunyai dosa sama sekali. Tahap ini manusia ibarat seekor ulat. Selalu membuat kerusakan dan membuat jengkel hati orang lain. Penuh dengan keserakahan dan kesenangan semu.

Namun, kebanyakan manusia tidak dapat mencapai tahap kupu-kupu. Sebab, mereka tidak menyadari bahwa mereka bisa menjadi kupu-kupu jika mereka mau menjadi kepompong. Tahap kepompong adalah tahap dimana manusia mau menyadari kesadarannya dan mau bertaubat.
Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-A’raf: 153)

Menyadari kesalahan memang bukanlah hal yang mudah. Manusia harus sering menginstropeksi dirinya untuk dapat mengetahui kesalahan-kesalahannya. Manusia harus sering menghitung-hitung berapa banyak kebaikan yang telah dilakukannya, dan berapa banyak keburukan yang telah diperbuatnya.

Dalam hal ini, ulat mengajarkan kepada manusia cara menginstropeksi diri. Manusia harus menyendiri, menghindar dari manusia lain. Menghindar bukan berarti tidak peduli terhadap orang lain dan tidak mau tahu terhadap apa yang sedang terjadi. Tetapi, menghindar dari manusia maksudnya adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat membawa dirinya ke dalam kejahatan dan sifat-sifat buruk manusia.  Seperti sifat sombong, iri, dengki, dusta, dan sebagainya.

Untuk menghindari sifat-sifat yang buruk memang tidak mudah. Karena itulah ulat juga mengajarkan kepada manusia untuk berpuasa. Puasa dapat menahan seseorang dari perbuatan-perbuatan buruk. Puasa juga dapat menghapus dosa-dosa manusia yang telah lalu. Seperti Puasa Asyura' yang dapat menghapus dosa selama satu tahun yang lalu, serta masih banyak puasa lain yang mempunyai pahala yang besar.

Karena manusia mempunyai sifat malas beribadah kepada Allah, maka Allah mewajibkan kepada manusia untuk berpuasa selama satu bulan penuh dalam setahun, yaitu pada bulan Ramadlan. Selama satu bulan tersebut, manusia harus menahan diri dari makan dan minum mulai terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Manusia juga tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasanya. Mereka menghentikan perbuatan-perbuatan buruknya dan memperbanyak perbuatan-perbuatan baik.

Setelah berpuasa selama sebulan penuh, barulah manusia mengalami metamorfosis sempurna. Manusia telah menjadi makhluk yang yang terbebas dari dosa, seperti seorang bayi yang baru dilahirkan. Karena itulah, hari itu disebut Idul Fithri yang artinya kembali suci. Dosa manusia telah dilebur oleh Allah pada hari itu. Pada hari itu pula manusia menunjukkan kepada orang lain bahwa metamorfosisnya telah sempurna dengan jalan bersilaturrahim kepada sanak saudara dan tetangga-tetangga mereka. Mereka ingin memberitahu bahwa mereka bukan lagi ulat yang selalu merugikan. 

Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (An-Nisa’: 17)

Tetapi, masih saja ada orang yang tidak mau mengerjakan puasa Ramadlan. Bahkan ada yang sampai terlalunya mengharamkan puasa karena alasan sakit lambung (maag). Padahal, puasa dapat menjaga kesehatan seseorang, bukan memperparah penyakit seseorang. Tidak ada dalam sejarah, orang meninggal karena berpuasa. Yang ada adalah orang yang meninggal karena terlalu banyak makan.

Orang yang tidak mau mengerjakan puasa dengan baik tidak pantas disamakan dengan kupu-kupu. Mereka lebih pantas disamakan dengan katak atau kecoa. Sebab, mereka tidak mau bersusah payah untuk mencapai metamorfosis yang sempurna.

Kesempurnaan manusia sebagai kupu-kupu haruslah selalu terjaga. Jangan sampai kesempurnaan itu ternodai oleh keburukan dan dosa. Karena jika kesempurnaan itu ternodai kembali manusia harus mengulang lagi jalan panjang menuju kesempurnaan itu. Dia dianggap telah gagal menjalani metamorfosisnya.
Karena itulah, kupu-kupu kembali mengajari manusia bagaimana cara menjaga kesempurnaan dirinya. Sejak menjalani metamorfosis yang panjang, kupu-kupu tidak pernah lagi merusak tanaman. Dia telah meninggalkan perbuatan buruknya. Makanannya telah berubah menjadi lebih baik, yaitu madu yang terdapat di bunga-bunga. Dia memulai sebuah kehidupan yang baru, kehidupan yang jauh lebih baik dan lebih berarti. Dia membantu tanaman dalam penyerbukan dengan mempertemukan serbuk sari dengan kepala putik.
Manusia juga harus meniru tingkah laku kupu-kupu untuk menjaga kesempurnaannya. Manusia harus memulai mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik, sering membantu orang lain, dan juga mencari rizki dengan pekerjaan yang halal. Dengan demikian, manusia akan dapat terus menjadi kupu-kupu yang membuat orang terpesona saat melihatnya.

Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. (Al-Furqon: 71)
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah:128)

Manusia yang mau bertaubat kepada Allah dengan tulus, maka Allah akan menutupi kesalahan-kesalannya, mengampuni dosa-dosanya, dan juga memasukkannya ke dalam surga di akhirat nanti. Allah SWT berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai... (At-Tahrim: 8)
Karena itu, bertaubatlah sebelum pintu taubat ditutup oleh Allah.

Oleh: The Genuine Secretary
Muhammad Fahmil Huda
Referensi: Al-Qur’an Al-Karim
Hadits Al-Arba’in An-Nawawi

0 komentar:

Posting Komentar

About Magazine

Foto saya
ATH THULLAB adalah majalah tahunan Madrasah NU TBS Kudus, yang di terbitkan oleh segenap PP-IPNU MA NU TBS. ATH THULLAB sekarang sudah mengijak pada edisi 17 dengan tampilan yang apik dan mengalami rovolusi serta pembaruan di berbagai rubrik. Akhir kata, Selamat membaca..

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More