Rabu, 22 Februari 2012

Seribu Kebanggaan Seorang Santri


Jika seseorang mendengar istilah pondok pesantren (ponpes), mungkin akan terbesit di benaknya sebuah tempat menuntut agama Islam yang memiliki peraturan ketat dan minim sarana prasarana. Sebuah tempat yang kuno dan tidak didukung dengan teknologi yang maju. Atau mungkin juga sebuah tempat untuk mendidik para santrinya menjadi kyai dan ulama'.

Andaikata seseorang ditawari untuk belajar atau mondok di ponpes, mungkin dia akan berpikir dua kali dan mungkin juga akan langsung menolaknya. Namun, jika dia ditawari untuk belajar di pendidikan formal, pasti dia akan langsung menerimanya. Mengapa hal tersebut terjadi? Apa kekurangan dari ponpes sehingga dipandang sebelah mata oleh para pelajar?

Ponpes memang berbeda jauh dari pendidikan formal dalam hal sarana prasarananya, terlebih jika ponpes tersebut adalah ponpes salaf. Pendidikan formal dilengkapi dengan fasilitas yang menggunakan teknologi tinggi seperti komputer, internet, mikroskop, dan sebagainya. Sedangkan ponpes hanya menggunakan kitab-kitab salaf dalam pembelajarannya. 


Meskipun demikian, kualitas keilmuan santri lebih unggul daripada kualitas keilmuan anak didik pendidikan formal. Keunggulan-keunggulan tersebut misalnya:

&  Santri memiliki budi pekerti yang mulia
Santri selalu dididik oleh gurunya untuk memiliki berbagai macam sifat baik, seperti tawadlu’ (rendah hati), ta’awun (tolong-menolong), sabar, qana’ah (menerima apa adanya), jujur, dan sifat-sifat baik lainnya. Santri juga dididik untuk menjauhi sifat-sifat buruk seperti iri, dengki, dusta, sombong, dan sebagainya.
Dengan pembiasaan sifat-sifat baik tersebut, santri selalu dikagumi oleh masyarakat. Sikapnya yang ramah terhadap semua orang selalu disukai oleh masyarakat. Dengan budi pekerti baik inilah, seorang santri bisa menjadi orang yang mulia di mata masyarakat.
Hal ini berbeda dengan pelajar yang bukan santri. Banyak anak-anak sekolah yang menjadi berandalan dan preman karena kurangnya pendidikan budi pekerti di sekolahnya. Banyak dari mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan negatif seperti pencurian, perampokan, perkelahian, dan juga penyalahgunaan narkoba. Hal itu juga disebabkan karena kurangnya pengontrolan terhadap pergaulan mereka.
&  Santri adalah penggerak kebaikan dan pencegah kejahatan
DalamAl-Qur’an surat Ali Imron, Allah berfirman:

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imron: 104)
Ayat itulah yang dijadikan santri sebagai pedoman dalam hidupnya. Mereka selalu mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf (perbuatan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah), dan mencegah dari perbuatan yang mungkar (perbuatan yang bisa menjauhkan diri dari Allah). Mereka adalah penjaga perdamaian dan ketenteraman di muka bumi.
Bila tida ada satupun santri di dunia ini, maka dunia ini akan penuh dengan kejahatan dan kelaliman. Sebab, tidak ada lagi orang yang akan mengajak manusia melakukan kebaikan, memberi mereka ceramah agama, dan mencegah perbuatan jahat mereka. Tak ada lagi hukum agama, yang ada hanyalah hukum rimba, siapa yang kuat dia yang menang dan berkuasa.
&  Santri banyak dibutuhkan masyarakat
Sebagai umat beragama, sudah sewajarnya masyarakat Indonesia menjalankan kewajiban-kewajiban agamanya. Bagi orang Islam, rukun Islam merupakan hal paling pokok dalam peribadahan yang harus dijalankan. Oleh karena itu, mereka membutuhkan seorang guru untuk mengajari mereka tata cara pelaksanaannya. Mereka tidak mungkin mempelajari sendiri ilmu-ilmu keislaman. Sebab, ilmu agama Islam hanya bisa dipelajari dengan praktik, tidak cukup dengan teori saja.
Di Indonesia, Ilmu agama Islam tidak bisa didapatkan dengan maksimal di Pendidikan Formal karena waktu yang singkat dan kurangnya praktik ibadah. Ilmu agama Islam hanya bisa didapatkan secara menyeluruh di ponpes. Sebab, ponpes mendidik para santrinya sejak mereka kecil. Dan belajar di waktu kecil itu seperti mengukir di atas batu. Sekali hafal, mereka akan senantiasa ingat sampai mereka tua.
&  Santri terjamin kehidupannya di dunia dan di akhirat
Allah SWT berfirman:
.
Artinya: Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Banyak orang yang ingin mendapatkan kesuksesan saat mereka dewasa. Ada yang berharap menjadi orang kaya, orang terhormat, dan orang yang berkuasa. Namun, banyak yang menemukan bahwa impian sulit menjadi kenyataan. Dan banyak pula yang hidupnya tidak tenang setelah meraih impiannya.

Hal itu biasanya disebabkan karena rasa tidak puas dan kekhawatiran akan hilangnya apa yang telah mereka miliki. Padahal dalam ayat di atas sudah dijelaskan bahwa Allah telah menentukan kadar segala sesuatu.

Dengan berpegang pada firman Allah itulah santri menjalani kehidupan yang fana’ (rusak.red) ini. Mereka percaya bahwa dengan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya mereka akan dicukupi rizkinya oleh Allah. Mereka memasrahkan seluruh hidup mereka kepada Allah. Mereka percaya bahwa Allah telah menanggung rizki mereka di dunia. Dalam ayat lain Allah berfirman:

Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya ... (QS. Huud: 6)
Ilmu dan amal baik yang dimiliki santri adalah bekal yang akan mereka bawa sampai mati. Mereka bisa terus mendapatkan pahala meskipun mereka sudah berada di alam barzah. Dan kelak di akhirat nanti, amal baik mereka akan bisa mencegah mereka dari siksa neraka dan membawa mereka masuk ke dalam surga Allah yang penuh dengan rahmat dan nikmat-Nya.

Sayang seribu sayang, banyak orang yang tidak mengetahui hal-hal di atas. Mereka meremehkan santri, padahal santri memiliki kelebihan-kelebihan seperti di atas dan juga keunggulan-keunggulan lain yang sangat banyak jumlahnya.
Oleh karena itu, sebelum sesal datang di kemudian hari, jadilah seorang santri. Jadilah santri yang benar-benar santri (santri tulen), jangan menjadi santri yang asal-asalan! []

*Penulis adalah siswa kelas XI IPA 1

4 komentar:

Posting Komentar

About Magazine

Foto saya
ATH THULLAB adalah majalah tahunan Madrasah NU TBS Kudus, yang di terbitkan oleh segenap PP-IPNU MA NU TBS. ATH THULLAB sekarang sudah mengijak pada edisi 17 dengan tampilan yang apik dan mengalami rovolusi serta pembaruan di berbagai rubrik. Akhir kata, Selamat membaca..

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More