Rabu, 22 Februari 2012

Pentingnya Pendidikan Spiritual dan Intelektual


Ujung tombak kemajuan suatu negara adalah sumber daya manusia (SDM) yang aktif, kreatif dan berkompeten. Apabila suatu negara tidak memiliki SDM yang mampu berkompetisi dengan negara lain atau dengan kata lain ketinggalan, dapat dipastikan negara tersebut akan tertinggal dan terinterveasi oleh negara lain apabila terjadi masalah atau konflik baik internal maupun konflik dengan negara lain.

Guna mengantisipasi hal tersebut pemerintah mempersiapkan SDM yang mampu bersaing, dalam hal ini pemerintah mempersiapkan generasi muda dengan mengatur sistem pendidikan yang terselenggara di Indonesia. Pemerintah menentukan dan menetapkan kurikulum yang diajarkan di tiap sekolah, baik sekolahan miliki pemerintah (negeri) maupun swasta, serta untuk meningkatkan kualitas pendidikan, Mendiknas selalu penggerak pendidikan se-Nusantara mencanangkan progam pendidikan dasar sembilan  tahun. Walaupun dalam kenyataannya sebagian dari masyarakat kita ada yang tidak mampu mencapai pada target tersebut.


Tampaknya pendidikan memang alat yang paling ampuh untuk merealisasikan suatu perubahan pada negara. Namun perlu diingat, bahwa sebelum pemerintahan turun tangan dalam penyelenggaraaan pendidikan atau tepatnya sebelum bangsa ini keluar dari belenggu penjajahan, diberbagai pelosok daerah telah banyak terselenggara kegiatan yang ditujukan untuk mencerdaskan masyarakat. Baik dari lingkungan pesantren, surau, maupun madrasah.

Para Kyai dan Ulama’ saat itu telah menyadari arti penting sebuah pendidikan disamping untuk mengurangi kebodohan, juga dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh perangkat potensi diri yang dimiliki para murid (santri) sehingga nantinya mereka menjadi manusia yang pandai, cakap, terampil dan mampu hidup mandiri. Untuk merealisasikan hal tersebut, para kyai dan ulama’ menghendelnya sendiri.

Pendidikan Masa Kini

Sistem pendidikan (Islam) menyeimbangkan antara pendidikan akal (intelektual) dengan pendidikan moral spiritual. Apabila keduanya tidak sejalan dapat dipastikan akan pincang. Mengingat saat ini kita dihadapkan pada era globalisasi dari semua aspek kehidupan. Apabila peserta didik tidak mampu memfilter pendidikan yang diterimanya dikhawatirkan keimanannya agak goyah, sebagai contoh konkritnya :
Teori Charles Darwin yang mengemukakan bahwa manusia sekarang berasal dari nenek moyang kera yang telah mengalami evolusi. Teori ini telah menjadi kurikulum wajib dalam pelajaran sejarah MA/ SMA. Apabila siswa tidak dibekali dengan pemahaman secara spiritual, dikhawatirkan akan cenderung menelan mentah-mentah pernyataan atau argumen yang terkesan konyol tersebut.

Persaingan global menuntut para pelajar untuk turut andil dengan penguasaan berbagai macam teknologi yang berbasis informasi. Hal tersebut dimaksudkan untuk peningkatan kualitas karena yang menjadi saingan berkompetisi tidak hanya orang satu atau dua kelas saja, namun seluruh pesonil dari berbagai penjuru belahan dunia.

Menyadari hal itu, kini banyak sekolah maupun madrasah yang memberikan pelajaran tambahan (ekstra) kepada para siswa baik komputer maupun internet. Keduanya menjadi media penting informasi dan komunikasi di zaman yang serba cepat ini. Hanya dengan duduk di depan layar komputer seseorang dapat mempelajari serta mengetahui segala infomasi yang terjadi saat itu.

Globalisasi berkomunikasi disamping menawarkan kecepatan dan kemudahan bagi penggunanya, dilain pihak juga menyumbangkan masalah baru dunia pendidikan karena akan berampak pada carut marutnya mekanisme pendidikan.
Sebagai siswa (santri) yang bernaung di bawah bendera yang satu yaitu Islam, seharusnya lebih tanggap dalam menyingkapi fenomena tersebut serta mampu memanfaatkannya sebagai ajang sharing pengalaman dan pengetahuan dengan santri di daerah lain. Mengingat betapa  pentingnya menjalin suatu jaringan dengan orang lain yang memiliki kesamaan misi.

Pendidikan sebenarnya tidak hanya terselenggara oleh sekolahan yang telah terakreditasi oleh pemerintah saja, namun banyak juga sekolah-sekolah di pinggiran yang menyelenggarakan pendidikan. Walaupun dalam hal teknologi mereka belum begitu mumpuni, namun jika ditinjau masalah moral spriritualnya belum tentu mereka tertinggal, bahkan mungkin saja mereka lebih menghayati karena belum terkontaminasi dengan  ideologi dunia luar yang mengedepankan  kebebasan.

Sekarang ini banyak juga sekolahan di daerah-daerah terpencil yang telah menyadari arti pentingnya sebuah ilmu pengetahuan duniawi disamping pengetahuan spiritualis yang biasanya mereka pahami dan kaji setiap hari dengan para guru.
Memang pengetahuan spiritual dan intelektual kalau dibicarakan dalam konteks kebebasan berkomunikasi dan berinformasi bagaikan kedua orang tua yang selalu dibutuhkan oleh anak-anaknya. Mereka tidak akan tau apa-apa bila tidak dituntun dan diarahkan oleh orang tua mereka. Pun begitu dengan pengetahuan intelektual yang akan menuntun baik kearah positif maupun negatif. Sedangkan pengetahuan agama sangat berguna sebagai kompas yakni penunjuk kearah kebaikan.

Agama dan kontribusinya

            Kajian agama pada dasarnya merupakan usaha konservasi atas ajaran-ajaran agama dalam rangka memupuk keimanan dan kepercayaan, yang dilakukan personal (perorangan) atau komunitas agama yang bersangkutan. Dilakukan sebagai transmisi doktrin keagamaan dari generasi ke generasi. Dan juga merupakan usaha bagi para pemeluk untuk memberikan respon terhadap ajaran agamanya atau pemikiran dari luar agama yang diyakininya.

             Selain dilakukan oleh komunitas agama yang bersangkutan dengan pendidikan agama juga dilakukan oleh kalangan bukan pemeluknya. Hal tersebut dilakukan untuk menguji keautentikan agama yang dianut. Pendidikan spiritual pada dasarnya merupakan proses transmisi ajaran agama dari generasi ke generasi dan karenanya hal ini melibatkan tidak hanya aspek kognitif (pengetauhan tentang ajaran agama) saja, namun aspek avektif dan psikomotorik (sikap dan pengmalan ajaran islam ) juga merupakan hal pokok.

              Kalo belajar dari pengalaman terselenggaranya pendidikan dinegara kita, sangat didominasi oleh lembaga pendidikan yang ber”genre” agama. Terlebih lagi sejak masuknya faham (madhab)islam moderen abad 19, banyak sekali madrasah –madrasah yang didirikan, walaupun model pembelajaran agamanya mengadopsi sistem yang diterapkan bangsa barat, yang menyajikan tidak hanya ilmu agam semata namun jug menghalalkan diajarkanya ilmu pengetahuan kekinian. 

                Dalam kontek ini pada dasarnya agama diposisikan sebagai bagian yang mempelopori berdirinya atau berkembangnya beberapa ilmu pengetauhan. Mengingat islam tidak hanya membatasi umatnya mempelajari agama saja, namun juga menyuruh pada umatnya memikirkan apa apa  yang diciptakan tuhannya. Darisini muncul beberapa bidang ilmu pengetauhan dari hasil ijtihad para ulama’ terdahulu yang diambilkan dari dasar dan sumber pengetahuan (AL-QURAN) yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa disiplin ilmu seperti saat ini.

              Tahukah anda bahwa awal mula di temukannya ilmu kedokteran merupakan penjabaran dari ayat al quran yang termuat dalam surat An-Naml. Dan masih banyak lagi ilmu pengetahuan lainnya yang bersumber dari kitab suci umat Islam ini.
Pada dasarnya tidak ada bedanya mempelajari pengetahuan spiritual (agama) maupun intelektual. Kesemuanya pada hakekatnya sama sama ilmu yang berasal dari Allah SWT yang merupakan amanah yang harus di pelihara, di pelajari dan kemudian disampaikan (di ajarkan) pada orang lain untuk kemaslahatan umat manusia pada umumnya dan umat islam pada khususnya.

 Oleh Amin Shiddiq Penulis adalah siswa kelas X A MAU TBS Kudus

0 komentar:

Posting Komentar

About Magazine

Foto saya
ATH THULLAB adalah majalah tahunan Madrasah NU TBS Kudus, yang di terbitkan oleh segenap PP-IPNU MA NU TBS. ATH THULLAB sekarang sudah mengijak pada edisi 17 dengan tampilan yang apik dan mengalami rovolusi serta pembaruan di berbagai rubrik. Akhir kata, Selamat membaca..

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More