Rabu, 08 Juli 2009

Wawancara Khusus dengan KH. Mc. Ulil Albab Arwani


SANTRI
Menurut bapak apa definisi santri?
Sebelum membahas definisi, saya ingin menerangkan asal mula kata “ santri” kita tinjau dari Linguistik. Ada beberapa pendapat yang diantaranya :
a. Menurut C.C Berg “santri” berasal dari kata shastri, dari bahasa India yang berarti orang yang tahu buku-buku suci Agama Hindu.
b. Menurut Nurcholish Madjid ada dua pendapat. Pertama, “santri” berasal dari kata sastri, dari bahasa Sansekerta yang artinya melek huruf. Kedua, santri berasal dari bahasa Jawa dari kata cantrik, berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru itu pergi menetap.
c. Menurut Zamakhsyari Dhofier “santri” berasal dari bahasa India yang berarti orang yang tahu buku-buku suci agama, atau secara umum dapat diartikan buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.

Kata santri ini adalah sangat konteks dengan kata pesantren. Sebab “pesantren” secara etimologi berasal dari kata santri, yang berawalan “pe” dan berakhiran “an” menjadi ”pesantrian” dan berubah menjadi pesantren, yang berarti tempat santri.
Secara terminologis dapat didefiniskan bahwa santri adalah seseorang yang menetap dan mengikuti pendidikan di pesantren untuk memperdalam ilmu-ilmu agama.

Apakah siswa yang tidak mondok bisa dikatakan santri?
Menurut saya definisi santri yang asli adalah sebagaimana yang saya sebut di atas. Kemudian para murid yang ikut mengaji di pesantren dan tidak menetap itu dianalogikan dengan santri tersebut. Sehingga muncul istilah santri mukim, yaitu para santri yang tinggal dan menetap di pesantren, dan santri kalong yaitu para santri yang tidak tinggal dan menetap di pesantren. Bahkan sekarang orang cederung mengatakan bahwa orang yang belajar dan faham mengenai ajaran agama disebut santri juga, walau tidak belajar di pesantren.

Adakah perbedaan atau tidak antara santri yang mondok dengan santri yang tidak mondok? Kalau ada, apa perbedaannya?
Secara generik ada perbedaan, santri mukim mestinya akan lebih konsentrasi dan mengfungsikan waktunya untuk selalu mendalami ilmu-ilmu agama. Kalau santri kalong tentunya akan kurang fokus dan akan terkena kontaminasi milieu. Tapi tidak menutup kemungkinan santri kalong akan melebihi santri mukim

Sosok seorang santri selalu menjadi sorotan publik, terutama berhubungan dengan keagamaan, apa tanggapan bapak?
Menurut saya sudah sepantasnya, karena santri adalah orang yang mendalami ilmu-ilmu agama.

Dominasi budaya barat sangat berpengaruh terutama pada santri, apakah mungkin budaya santri yang notabenenya religius, akan terganti?
Ya mungkin saja, sebab milieu, kondisi dan situasi sangat dominan bagi manusia, termasuk santri. Kalau hatinya tidak tangguh sangat bisa tergoda. Apalagi setan-setan zaman modern sekarang ini tidak mau ketinggalan dalam mengadakan simposium dan workshop tentang cara menggoda manusia. Sehingga tak jarang santri bahkan kyai atau ibu nyai bisa terpengaruh rayuan dan godaan syetan. Mereka tidak terasa kalau mereka sudah masuk dalam godaan syetan bahkan mereka senang atau bangga.
Santri itu masih labil terutama dalam bergaul, masih terguncang dengan situasi. Bagaimana antisipasi agar santri tidak terjerumus ke hal-hal negatif?
Jadi santri harus waspada, apalagi dia menjadi figur masyarakat. Harus selalu waspada dan ingat pada ajaran-ajaran islam yang telah dipelajari. Kalau akan melaksanakan sesuatu harus distandarkan dengan agama, jangan sampai mengekor pada hawa nafsunya. Harus konsen dalam memilih sahabat dan milieu serta selalu masih menjalin hubungan dengan sesepuh yang bisa menjadi panutan.
Kalau memang budaya santri mengalami perubahan, apakah sistem belajar atau kelembagaannya harus ada perubahan juga?
Boleh saja sistem atau kelembagaan berubah yang lebih baik, asal jangan mengurangi esensi ajaran agama. Bahkan santri jangan sampai gagap teknologi, terutama yang bisa menunjang kesuksesan tujuan dan cita-cita.
Perubahan semacam apakah itu?
Bisa juga perubahan berupa sistem serta sarana dan prasarana.
Dengan berkembang pesatnya kemajuan IPTEK, bagaimana cara santri menyeimbangkan antara teknologi dengan akhlaqul karimah?
IPTEK bagaikan peralatan yang bisa untuk kebaikan juga bisa untuk sebaliknya. Maka tunggal yang menggunakan. Sebagaimana pisau bisa untuk membantu kita untuk kebaikan seperti mengupas buah, memotong sayuran dan lain sebagainya. Juga bisa untuk kejahatan seperti menikam orang. Seperti Internet, kita bisa memanfaatkannya untuk menambah ilmu-ilmu agama atau ilmu pengetahuan yang banyak sekali. Atau dimanfaatkan untuk kejelekan atau kejahatan. Maka kita harus waspada.

Jadi apa visi misi santri sekarang?
Menurut saya visi dan misi santri adalah :
Visi: menjadi insan kamil yang bertafaqquh fiddin serta berakhlaqul karimah
Misi: mengimplementasiakan dan mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama pada dirinya dan pada masyarakat pada umumnya.

Menurut bapak, bagaimana santri yang idealis di jaman sekarang?
Santri yang idealis adalah santri yang betul-betul tafaqquh fiddin dan bisa mengaplikasikan dalam tingkah lakunya sehari-hari serta tidak ketinggalan dengan pengetahuan umum dan sains modern.

Apa pesan untuk santri-santri Madrasah TBS?
Pesan saya untuk santri-santri Madrasah TBS :
2. Harus bercita-cita luhur jangan sampai mundur
3. Semangat dan rajin belajar dan jangan putus-putus sebelum mati dengan harapan supaya jadi santri aktif, kreatif, efektif, inovatif dan produktif
4. Jangan mudah ”kepencut” dan jangan ”gumunan” dan semuanya ukurlah dengan neraca agama.
5. Harus selalu berakhlaqul karimah
6. Pegang teguh ajaran-ajaran yang telah diajarkan oleh ustadz-ustadz kalian terutma mengenai aqidah ahlussunnah wal jama’ah.

Wawancara dengan KH. Mc. Ulil Albab Arwani

About Magazine

Foto saya
ATH THULLAB adalah majalah tahunan Madrasah NU TBS Kudus, yang di terbitkan oleh segenap PP-IPNU MA NU TBS. ATH THULLAB sekarang sudah mengijak pada edisi 17 dengan tampilan yang apik dan mengalami rovolusi serta pembaruan di berbagai rubrik. Akhir kata, Selamat membaca..

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More