Rabu, 08 Juli 2009

Santri , ISLAMIC CREATIVE THINKING TO BE THE WINNER

“Orang yang paling bodoh adalah orang yang meningalkan keyakinannya sendiri karena mengira apa yang dilakukan orang lain lebih berarti.”(Syekh Tajuddin ‘Athoillah As-Sakandary dalam Taajul ‘Aruus)

Kesuksesan dan kebahagiaan merupakan dambaan setiap orang, tak terkecuali bagi mereka yang tidak pernah mengenyam dunia pendidikan formal sekalipun. Namun setiap orang pasti mempunyai persepsi berbeda mengenai sebuah kesuksesan. Salah seorang motivator kenamaan pernah mengatakan bahwa sukses yaitu tercapainya suatu tujuan serta kepuasan batin baik itu berupa materi, popularitas, spiritual maupun lainnya.

Sebagai seorang santri kita harus pandai-pandai memilih sebuah persepsi mengenai kesuksesan tersebut, karena itu akan sangat menentukan langkah berikutnya. Sebagai contoh seekor serangga pemakan kotoran akan merasa puas jika mereka mendapatkan timbunan kotoran, sekalipun anda tukar dengan sepotong roti mereka tidak akan pernah mau. Namun sebaliknya seekor lebah madu akan merasa puas atau bisa dikatakan sukses apabila mereka mampu mengumpulkan madu yang sebanyak-banyaknya, mereka tidak akan pernah hinggap pada sembarang tempat. Sebenarnya mereka mempunyai kepuasan dan persepsi yang sama dalam menilai sebuah kesuksesan, namun berbeda dalam obyek yang mereka raih. Seorang santri harus memiliki kecerdasan sebagaimana yang dimiliki oleh seekor lebah, ini berarti jangan sampai kita seorang santri harus mengorbankan ideologi seorang santri serta mengubah haluan dalam mengapai tujuan dengan cara-cara yang tidak di benarkan dalam islam atau bahkan menjadi seorang figur yang jauh dari ajaran islam. Seorang santri harus punya standar sukses sendiri, Jangan mengunakan standar kebahagian orang lain untuk standar kebahagiaan kita! kita mampu menjadi menjadi lebah madu, mengapa harus menjadi serangga pemakan kotoran?
Dalam islam banyak ajaran atau konsep yang sangat menunjang keberhasilan seseorang, diantaranya adalah:

1. Aktif Dan Kreatif
Ditengah-tengah booming sebuah formalitas dan legalitas, santri seakan-akan dibatasi ruang geraknya. Sebenarnya itu bukanlah sebuah ancaman yang serius jika seorang santri mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki. Kami yakin dengan bekal ilmu yang dimilikinya seorang santri mempunyai skill yang kuat dan siap terjun di segala suasana. Lembaga pendidikan formal ibarat sebuah kamp pelatihan, ketika santri sudah terjun ke masyarakat, maka ia baru merasakan medan tempur yang sesungguhnya. Mampukah ia membawa masyarakat sesuai harapannya atau justru malah hanyut terbawa arus, disinilah tugas berat seorang santri. Seperti kita ketahui bahwa sukses dibidang Akademik belum tentu sebuah jaminan kesuksesan dimasyarakat secara mutlak. Kecerdasan berfikir atau yang sering disebut Intelligence Quotient (IQ) harus ditunjang dengan Emotional dan Spiritual Quotient (ESQ) yaitu kecerdasan bersikap secara pribadi maupun sosial serta kecerdasan spiritual.

Menurut data penelitian menunjukkan bahwa setidaknya sekitar 75% kesuksesan manusia lebih di tentukan oleh kecerdasan emosionalnya. Dan hanya 4% yang ditentukan oleh IQnya. Gay Hendrick, PhD dan Kate Ludeman, PhD, (keduanya seorang konsultan manajemen senior) mengatakan : "Hasil interview kami menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan adalah orang-orang yang memiliki integritas, tebuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki spiritualitas yang nondogmatis, selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Para pemimpin yang sukses lebih mengamalkan nilai-nilai ruhaniah (sufistik) dari pada orang lain."

Rosulullah SAW sendiri pernah bersabda : "Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi sesamanya"(H.R. Jabir). Disini tampak jelas bahwa kita dituntut untuk menjadi orang yang kuat, sehat, luas dan bermanfaat. Disatu sisi kita juga diajarkan Rosulullah sebuah kesederhanaan, sekilas ini nampak kontradiksi, namun sebatas pemahaman kami anjuran kesederhanaan itu ditujukan dalam bentuk sikap hati kita.

Yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah santri harus akomadatif dan informatif terhadap masyarakat. Santri harus mampu membaca kebutuhan masyarakat dan menjadi pribadi yang siap menawarkan bantuan maupun solusi bagi yang membutuhkannya. Ditengah-tengah arus globalisasi yang kian tak terbendung, seorang santri juga dituntut mampu memberikan sebuah informasi yang sehat dan positif (ilmunya) terhadap masyarakat, mengingat bahwa media massa sekarang mampu mencuci otak sekian banyak orang.

2. Berinvestasi
Istilah investasi kami yakin sudah tidak asing lagi bagi telinga kita. Sebenarnya jauh sebelum para investor bisnis sedang marak berlomba-lomba memperbesar kekayaan mereka dengan cara berinvestasi, ternyata agama islam telah sekian lama menganjurkan umatnya supaya berinvestasi. Lihatlah firman Allah dalam surat Fushshilat ayat 46: “Barangsiapa yang mengerjakan amal yang soleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.” Dan surat an-Najm ayat 39-40 "dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan kepadanya". Memang pada kenyataannya keberhasilan seseorang didunia ini ternyata sarat dengan sebuah investasi, bisa saja itu investasi pribadi maupun orang tua.

Investasi ini berlaku tidak hanya untuk didunia saja, akan tetapi lebih jauh lagi yaitu di akhirat nanti. Dalam islam kita mengenal bermacam-macam investasi. Diantara yang dapat di petik lansung hasilnya didunia ini adalah shodaqoh, do’a, sholawat dll. Berdo’a ibarat orang yang menanam pohon, biasanya sebuah pohon dapat berbuah dalam jangka waktu tertentu. Terkadang orang yang menanam pohon tadi bisa merasakan hasil tanamannya. namun tidak sedikit pula yang belum sempat merasakan hasilnya dan sudah meninggal dunia, maka hasilnya akan dirasakan anak cucunya. Jika ingin berhasil mulailah berinvestasi sekarang juga!
Belajar merupakan sebuah investasi yang paling tepat dalam usia muda. Ilmu adalah sebaik-baik harta yang di milikinya. Mengapa demikian? Mungkin salah satu alasannya adalah bahwa nilai sebuah ilmu tidak akan berkurang dan termakan oleh waktu atau bahkan akan bertambah nilai harganya. Berbeda dengan uang karena kurs mata uang tidah pernah stabil dan nilainya akan berkurang setiap tahun.

3. Menyadari pentingnya waktu
Dalam sebuah kesempatan Rosulullah SAW pernah berpesan sebagaimana yang diriwayatkan oleh shohabat Ibnu Abbas R.A mengenai pentingnya 5 buah kesempatan yang diberikan Allah SWT. Kesempatan itu adalah masa hidup sebelum ajal datang menjemput kita, waktu sehat sebelum sakit menghampiri kita, waktu luang sebelum kesibukan menguasai kita, waktu muda sebelum hilang ditelan masa tua, masa kaya sebelum sirna oleh masa kekurangan. Hadits tersebut adalah sebuah pesan yang sangat berharga bagi setiap insan muslim. Orang yang sukses adalah orang yang perubahan kebaikan dalam dirinya lebih besar dan lebih cepat dari lingkungan sekitar dan begitu juga sebaliknya.

Dari imam Turmudzi dari shohabat Abu Hurairoh RA Rosulullah SAW bersabda: “diantara tanda baiknya (sempurnanya) islam seseorang yaitu apabila ia dapat meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.” Mario teguh, seorang motivator muslim yang tidak pernah menyebutkan jati diri keislamannya itu pernah mengatakan: “Hargamu adalah sebanding dengan bagaimana anda menghargai waktu. Orang yang sukses belum mau beristirahat walaupun sebenarnya ia berhak untuk itu. Sebaliknya orang yang gagal akan beristirahat walaupun sebenarya ia belum capai.”

4. Metode Syukur (Positif Thinking)
Syukur adalah rasa damai yang meliputi seluruh isi hati yang diikuti oleh sikap tunduk bagi sang pencipta. Dengan cara bersyukur kita bisa menyadari kelebihan yang di anugerahkan Allah pada kita, dengan cara itu pula kita mampu mengoptimalkan kelebihan tersebut ke hal-hal yang bersifat positif. Kita sering mendengar seseorang yang dengan keterbasan fisik ternyata mereka mampu mengukir prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini disebabkan karena mereka mampu menyukuri nikmat Allah yang “masih tersisa”, selanjutnya mereka mengoptimalkan nikmat tersebut dan tidak larut dalam meratapi nasib. Berfikir positif dalam keadaan labil memang sangat sulit, akan tetapi bukankah rosulullah SAW pernah bersabda dalam sebuah hadits Qudsi “aku (Allah) tergantung pada prasangka hambaku terhadap aku…”
Mungkin sebagian diantara kita ada yang mempunyai persepsi bahwa bersyukur itu hanya pantaslah bagi mereka yang telah banyak memperoleh anugerah. Mungkin angapan itu akan berubah, andai kata saja kita semua adalah seorang karyawan yang dituntut bekerja dengan cara beribadah. Selanjutnya Allah akan mengaji dengan seluruh kenikmatan di dunia ini, sudah barang tentu sang juragan akan rugi. Bagaimana tidak kalau sebenarnya kerjaan kita tidak terlalu bagus, akan tetapi kita menuntut gajian yang terlampau tinggi. Seluruh isi alam di sediakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kita tidak akan pernah mampu menghitungnya apalagi mensyukurinya satu persatu. Maka sebenarnya tidak pantaslah kalau kita menuntut gajian diakhirat nanti, karena amal ibadah kita tidak akan pernah sangup untuk membayar kenikmatan Allah SWT walaupun hanya didunia ini saja. Maka benarlah sabda Rosulullah bahwa masuk surga bukanlah disebabkan oleh amal seseorang akan tetapi karena murni rahmat dari Allah SWT, hanya saja rahmat itu dekat bagi mereka yang berbuat kebaikan. "….Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik."(al-'Arof 56)

5. Metode Sabar
Sabar bukan berarti sebuah ekspresi fatal dari sebuah kegagalan (fatalisme) atau simbol dari ketidak berdayaan, namun sebaliknya sabar merupakan sebuah kekuatan. Sabar biasanya banyak dimiliki oleh mereka yang berjiwa besar dan bermental juara. Ada sebuah kisah unik, pada suatu hari terdapat seorang pemuda sedang duduk mengamati lubang kecil yang timbul dari sebuah kepompong. Rupanya didalamnya terdapat anak kupu-kupu yang sedang berjuang untuk keluar dari lilitan kepompongnya. Sudah berjam-jam anak kupu-kupu tadi berusaha keluar, namun tidak ada hasil yang berarti. Setelah sekian lama pemuda tadi menunggu, akhirnya ia memutuskan untuk mengambil gunting dan melepaskan kupu-kupu tadi dari lilitan kepompongnya. Rupanya sang pemuda tidak sabar melihat perjuangan anak kupu-kupu yang sudah sekian lama itu berjuang melawan kesulitan. Dengan kondisi tubuh yang masih lemah dengan sayap yang kecil dan mengkerut, akhirnya si kupu tadi dapat keluar dengan mudah. Namun selang beberapa waktu, ternyata si kupu tetap tidak mampu terbang. Tubuhnya masih tetap lemah dengan sayapnya yang kecil dan mengkerut. ia harus menjalani kondisi seperti itu pada sisa hidupnya.

Kisah diatas mengambarkan bahwa sebuah problematika kehidupan adalah cara Allah SWT mendidik kita agar bersabar serta mencari solusi yang benar. Sebuah cobaan adalah anak tangga untuk mendaki pada sebuah tingkatan yang lebih tinggi. Semua itu adalah sebuah proses pendewasaan diri, Seiring dengan berjalannya waktu akan tampak jelas mana manusia yang berilmu dan mana manusia yang dungu, mana manusia yang beradab dan mana manusia yang biadab. Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”(al-‘Ankabut 2-3)
Perjuangan mutlak dibutuhkan dalam hidup ini, apabila kita dibiarkan Allah tanpa suatu hambatan, maka itu hanya akan membuat kita lemah dan tidak akan pernah sukses. Disini kesabaran berperan penting dalam menentukan sebuah keberhasilan.

7. Berkorban

Biasanya pada usia remaja sering kali diartikan sebagai masa untuk menikmati hidup. Memang tidak ada salahnya apabila kita mencari suasana baru sekedar sebagai hiburan, namun hal itu tidak perlu berlebihan mengingat bahwa kita punya tujuan dalam hidup ini. Jangan pernah mengharap sebuah keberhasilan tanpa disertai sebuah pengorbanan, setidaknya pengorbanan waktu. Banyak seorang pelajar, atlit maupun lainya yang mampu mengukir prestasi gemilang berkat ketekunan dan pengorbanan mereka. di saat teman-temannya asik berlibur, mereka harus sibuk dengan belajar dan berlatih. Pantaslah mereka dibayar dengan sebuah kesuksesan.
Pada usia remaja sebagian dari mereka dibekali beberapa kelebihan, misalkan ada orang yang dibekali kebihan dalam bidang matematika sekaligus menonjol dibidang olah raga. Walaupun dengan berat hati salah satu kelebihan tersebut harus di korbankan. Karena pada faktanya kita belum pernah mendapatkan seorang yang sukses dibidang keilmuan dan olahraga sekaligus.

8. Program masa depan
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Hasyr 18). Hidup seseorang akan lebih terarah jika mempunyai program masa depan yang jelas, dengan demikian kita tidak mudah menghambur-hamburkan waktu ataupun sesuatu kedalam hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Sikap yang demikian itu juga pernah di praktekkan oleh Yusuf S.A, beliau berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan".
Hal yang sama pernah kami rasakan, bahwa sebuah cita-cita memang dapat memberi energi sangat kuat. Walaupun akhirnya kami tidak dapat mencapai sesuai yang kami cita-citakan, akan tetapi dalam sebuah perjalanan mengapai cita-cita itu kami mendapat pelajaran yang sangat berharga dan tidak pernah menyesal walaupun telah gagal, karena yakin bahwa inilah yang terbaik buat kami.

10. Love Quotient
Setelah lama kita mengenal bermacam-macam kecerdasan manusia, akhirnya ditemukan pula kecerdasaan yang timbul dari sebuah perasaan cinta disebut Love Quotient. Pada intinya kecerdasan ini ditimbulkan oleh sebuah perasaan cinta sehingga mendorong dia untuk melakukan sesuatu. Dalam sebuah hadits Rosulullah SAW bersabda: "Ada 3 perkara yang apabila seseorang memilikinya maka ia telah dapat merasakan manisnya iman, yaitu apabila ia mampu mencintai Allah dan Rosulnya melebihi cintanya kepada siapapun…". Hadits tersebut bukannya tidak memberikan kesempatan kepada kita untuk mencintai segala sesuatu didunia ini, akan tetapi itu mengisyaratkan bahwa "…ikutilah cinta sesuatu itu dengan cinta kepada Allah".

Rosulullah SAW adalah seorang pribadi yang diliputi oleh perasaan cinta pada Allah dan umatnya. Energi inilah yang mendorongnya untuk melakukan suatu kebaikan dan kemaslahatan bagi dunia. Salah satu contoh lagi adalah seorang ibu yang mampu membesarkan bayinya dengan penuh kasih sayang. seandainya Allah tidak menaruh perasaan cinta dan kasih sayang pada sang ibu, mustahil buah hatinya akan tumbuh besar.
Demikianlah prinsip-prinsip islam yang telah diajarkan pada kita. Semoga dapat menjadi motivasi demi menyongsong hari esok yang lebih baik.

Referensi :
Al-Qur'anul Karim
Al-Jami'us Shoghir Min Ahidits al-Basyir An-Nadzir

0 komentar:

Posting Komentar

About Magazine

Foto saya
ATH THULLAB adalah majalah tahunan Madrasah NU TBS Kudus, yang di terbitkan oleh segenap PP-IPNU MA NU TBS. ATH THULLAB sekarang sudah mengijak pada edisi 17 dengan tampilan yang apik dan mengalami rovolusi serta pembaruan di berbagai rubrik. Akhir kata, Selamat membaca..

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More