Salah
satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan Islam yang
sangat tinggi terhadap guru. begitu tingginya penghargaan itu sehingga
menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Mengapa
demikian? Karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan. Sedangkan Islam
amat menghargai ilmu. Pengahargaan Islam terhadap ilmu tergambar dalam sebuah
sebuah hadits:
إذا قبض العالم .....
Artinya: "Apabila seorang alim
meninggal maka terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak dapat diisi kecuali
oleh seorang alim yang lain."
Kita menemukan
banyak sekali hadits yang mengajarkan betapa tinggi kedudukan orang berpengetahuan
yang biasanya dihubungkan pula dengan orang yang menuntut ilmu.
Kedudukan orang
alim dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya. Mengamalkan
ilmu dengan cara mengajarkan ilmu itu kepada orang lain adalah suatu pengamalan
yang paling dihargai oleh Islam. Mengutip kitab Ihya’ Al-Ghazali yang
mengatakan bahwa siapa yang memilih pekerjaan mengajar maka ia sesungguhnya
telah memilih pekerjaan besar dan penting.
Sebenarnya
tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu
sendiri. Islam memuliakan pengetahuan; pengetahuan itu didapat dari belajar dan
mengajar. Yang belajar adalah calon guru dan yang mengajar adalah guru. Maka
tidak boleh tidak, Islam pasti memuliakan guru. Tak terbayangkan terjadinya
perkembangan pengetahuan tanpa adanya orang belajar dan mengajar dan tak
terbayangkan pula adanya belajar dan mengajar tanpa adanya guru.
Tingginya keudukan
guru dalam islam masih dapat disaksikan secara nyata pada zaman sekarang. Itu
dapat kita lihat terutama di pesantren-pesantren di Indonesia. Santri bahkan
tidak berani menantang sinar mata kyainya. Sebagian lagi membungkukkan badan
tatkala mengahadap rumah kyainya. Bahkan, konon ada santri yang tidak berani
kencing menghadap rumah kyai sekalipun berada dalam kamar yang tertutup. Betapa
tidak, mea silau oleh tingkah laku kyai yang begitu mulia, sinar matanya yang
‘menembus’, ilmunya yang luas dan dalam, do’anya yang diyakini mujarab.
Ada penyebab khas
mengapa orang Islam amat menghargai guru, yaitu pandangan bahwa ilmu itu
semuanya bersumber pada Tuhan. Oleh sebab itu, Allah azza wa jalla berfirman.
Artinya: .... Maha
suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami.... (Al-Baqarah: 32)
Ilmu datang dari
Tuhan. Guru pertama adalah Tuhan. Pandangan yang menembus langit ini tidak
boleh tidak telah melahirkan sikap pada orang Islam bahwa ilmu itu tidak
terpisah dari Allah, ilmu tidak terpisah dari guru. Maka kedudukan guru amat
tinggi dalam Islam.
Pandangan ini
selanjutnya akan menghasilkan bentuk hubungan antara guru dan murid. Hubungan
guru-murid dalam Islam tidak berdasarkan hubungan untung-rugi dalam arti
ekonomi yang menyebabkan pernah muncul pendapat di kalangan ulama’ Islam bahwa
guru haram mengambil upah (gaji) dari pekerjaan mengajar. Hubungan murid-murid
dalam Islam pada hakekatnya adalah hubungan keagamaan, suatu hubungan yang
mempunyai niali kelangitan.
Kedudukan guru yang
demikian tinggi dalam Islam kelihatannya memang berbeda dari kedudukan guru di
dunia Barat. Perbedaan itu jelas karena di Barat kedudukan itu tidak memiliki
warna kelangitan. Hubungan guru-murid juga berbeda. Perbedaan itu juga karena
hubungan guru-murid di Barat tidak lebih dari sekedar orang yang pengetahuannya
lebih banyak daripada murid. Hubungan guru-murid juga tidak lebih dari sekedar
pemberi dan penerima. Karenanya maka wajarlah bila di Barat hubungan guru-murid
adalah hubungan kepentingan antara pemberi dan penerima jasa (dalam hal ini
pengetahuan). Karena itu, hubungan juga dilihat oleh pembayaran yang dilakukan
berdasarkan perhitungan ekonomi.
Dalam sejarah,
hubungan guru-murid dalam Islam ternyata sedikit demi sedikit berubah.
Nilai-nilai ekonomi sedikit demi sedikit mulai masuk. Yang terjadi sekarang
kurang lebih sebagai berikut:
1.
Kedudukan
guru dalam Islam semakin merosot
2.
Hubungan
guru-murid semakin kurang bernilai kelangitan, penghormatan murid kepada guru
semakin turun
3.
Harga-harga
mengajar semakin tinggi.
Apakah gejala ini
merupakan penyimpangan dari kehendak Islam? Ini memerlukan perenungan yang
mendalam.. secara lahiriah kita dapat mengatakan bahwa kedudukan guru,
penghormatan murid, dan upah guru dalam islam sekarang ini semakin bergeser kepada
nilai-nilai Barat.
Kita sebagai pelajar
muslim seharusnya menghormati guru karena betapa tingginya kedudukan guru dalam
agama Islam. Semoga dengan penghormatan itu kita mendapatkan barokah dari guru
tersebut. Amiin.
Oleh:
Ahmad Izzul Falah Penulis adalah siswa
kelas XI IPA 1
0 komentar:
Posting Komentar