Ujung tombak kemajuan suatu negara adalah sumber
daya manusia (SDM) yang aktif, kreatif dan berkompeten. Apabila suatu negara
tidak memiliki SDM yang mampu berkompetisi dengan negara lain atau dengan kata
lain ketinggalan, dapat dipastikan negara tersebut akan tertinggal dan
terinterveasi oleh negara lain apabila terjadi masalah atau konflik baik
internal maupun konflik dengan negara lain.
Guna mengantisipasi hal tersebut pemerintah
mempersiapkan SDM yang mampu bersaing, dalam hal ini pemerintah mempersiapkan
generasi muda dengan mengatur sistem pendidikan yang terselenggara di
Indonesia. Pemerintah menentukan dan menetapkan kurikulum yang diajarkan di
tiap sekolah, baik sekolahan miliki pemerintah (negeri) maupun swasta, serta
untuk meningkatkan kualitas pendidikan, Mendiknas selalu penggerak pendidikan
se-Nusantara mencanangkan progam pendidikan dasar sembilan tahun. Walaupun dalam kenyataannya sebagian
dari masyarakat kita ada yang tidak mampu mencapai pada target tersebut.
Tampaknya pendidikan memang alat yang paling ampuh
untuk merealisasikan suatu perubahan pada negara. Namun perlu diingat, bahwa
sebelum pemerintahan turun tangan dalam penyelenggaraaan pendidikan atau
tepatnya sebelum bangsa ini keluar dari belenggu penjajahan, diberbagai pelosok
daerah telah banyak terselenggara kegiatan yang ditujukan untuk mencerdaskan
masyarakat. Baik dari lingkungan pesantren, surau, maupun madrasah.
Para Kyai dan Ulama’ saat itu telah menyadari arti
penting sebuah pendidikan disamping untuk mengurangi kebodohan, juga
dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh perangkat potensi diri yang dimiliki
para murid (santri) sehingga nantinya mereka menjadi manusia yang pandai,
cakap, terampil dan mampu hidup mandiri. Untuk merealisasikan hal tersebut,
para kyai dan ulama’ menghendelnya sendiri.
Pendidikan Masa Kini
Sistem pendidikan (Islam) menyeimbangkan antara
pendidikan akal (intelektual) dengan pendidikan moral spiritual. Apabila
keduanya tidak sejalan dapat dipastikan akan pincang. Mengingat saat ini kita
dihadapkan pada era globalisasi dari semua aspek kehidupan. Apabila peserta
didik tidak mampu memfilter pendidikan yang diterimanya dikhawatirkan
keimanannya agak goyah, sebagai contoh konkritnya :
Teori Charles Darwin yang mengemukakan bahwa manusia sekarang berasal dari
nenek moyang kera yang telah mengalami evolusi. Teori ini telah menjadi
kurikulum wajib dalam pelajaran sejarah MA/ SMA. Apabila siswa tidak dibekali
dengan pemahaman secara spiritual, dikhawatirkan akan cenderung menelan
mentah-mentah pernyataan atau argumen yang terkesan konyol tersebut.
Persaingan global menuntut para pelajar untuk
turut andil dengan penguasaan berbagai macam teknologi yang berbasis informasi.
Hal tersebut dimaksudkan untuk peningkatan kualitas karena yang menjadi saingan
berkompetisi tidak hanya orang satu atau dua kelas saja, namun seluruh pesonil
dari berbagai penjuru belahan dunia.
Menyadari hal itu, kini banyak sekolah maupun
madrasah yang memberikan pelajaran tambahan (ekstra) kepada para siswa baik
komputer maupun internet. Keduanya menjadi media penting informasi dan
komunikasi di zaman yang serba cepat ini. Hanya dengan duduk di depan layar
komputer seseorang dapat mempelajari serta mengetahui segala infomasi yang
terjadi saat itu.
Globalisasi berkomunikasi disamping menawarkan
kecepatan dan kemudahan bagi penggunanya, dilain pihak juga menyumbangkan
masalah baru dunia pendidikan karena akan berampak pada carut marutnya
mekanisme pendidikan.
Sebagai siswa (santri) yang bernaung di bawah
bendera yang satu yaitu Islam, seharusnya lebih tanggap dalam menyingkapi
fenomena tersebut serta mampu memanfaatkannya sebagai ajang sharing pengalaman
dan pengetahuan dengan santri di daerah lain. Mengingat betapa pentingnya menjalin suatu jaringan dengan
orang lain yang memiliki kesamaan misi.
Pendidikan sebenarnya tidak hanya terselenggara
oleh sekolahan yang telah terakreditasi oleh pemerintah saja, namun banyak juga
sekolah-sekolah di pinggiran yang menyelenggarakan pendidikan. Walaupun dalam
hal teknologi mereka belum begitu mumpuni, namun jika ditinjau masalah moral
spriritualnya belum tentu mereka tertinggal, bahkan mungkin saja mereka lebih
menghayati karena belum terkontaminasi dengan
ideologi dunia luar yang mengedepankan
kebebasan.
Sekarang ini banyak juga sekolahan di daerah-daerah
terpencil yang telah menyadari arti pentingnya sebuah ilmu pengetahuan duniawi
disamping pengetahuan spiritualis yang biasanya mereka pahami dan kaji setiap
hari dengan para guru.
Memang pengetahuan spiritual dan intelektual kalau
dibicarakan dalam konteks kebebasan berkomunikasi dan berinformasi bagaikan
kedua orang tua yang selalu dibutuhkan oleh anak-anaknya. Mereka tidak akan tau
apa-apa bila tidak dituntun dan diarahkan oleh orang tua mereka. Pun begitu
dengan pengetahuan intelektual yang akan menuntun baik kearah positif maupun
negatif. Sedangkan pengetahuan agama sangat berguna sebagai kompas yakni
penunjuk kearah kebaikan.
Agama dan kontribusinya
Kajian agama pada dasarnya
merupakan usaha konservasi atas ajaran-ajaran agama dalam rangka memupuk
keimanan dan kepercayaan, yang dilakukan personal (perorangan) atau komunitas
agama yang bersangkutan. Dilakukan sebagai transmisi doktrin keagamaan dari
generasi ke generasi. Dan juga merupakan usaha bagi para pemeluk untuk
memberikan respon terhadap ajaran agamanya atau pemikiran dari luar agama yang
diyakininya.
Selain dilakukan oleh komunitas agama yang bersangkutan dengan pendidikan
agama juga dilakukan oleh kalangan bukan pemeluknya. Hal tersebut dilakukan
untuk menguji keautentikan agama yang dianut. Pendidikan spiritual pada dasarnya merupakan proses transmisi ajaran agama
dari generasi ke generasi dan karenanya hal ini melibatkan tidak hanya aspek
kognitif (pengetauhan tentang ajaran agama) saja, namun aspek avektif dan
psikomotorik (sikap dan pengmalan ajaran islam ) juga merupakan hal pokok.
Kalo belajar dari pengalaman terselenggaranya pendidikan dinegara kita,
sangat didominasi oleh lembaga pendidikan yang ber”genre” agama. Terlebih lagi
sejak masuknya faham (madhab)islam moderen abad 19, banyak sekali madrasah
–madrasah yang didirikan, walaupun model pembelajaran agamanya mengadopsi
sistem yang diterapkan bangsa barat, yang menyajikan tidak hanya ilmu agam
semata namun jug menghalalkan diajarkanya ilmu pengetahuan kekinian.
Dalam kontek ini pada dasarnya agama diposisikan sebagai bagian yang
mempelopori berdirinya atau berkembangnya beberapa ilmu pengetauhan. Mengingat
islam tidak hanya membatasi umatnya mempelajari agama saja, namun juga menyuruh
pada umatnya memikirkan apa apa yang
diciptakan tuhannya. Darisini muncul beberapa bidang ilmu pengetauhan dari
hasil ijtihad para ulama’ terdahulu yang diambilkan dari dasar dan sumber
pengetahuan (AL-QURAN) yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa disiplin
ilmu seperti saat ini.
Tahukah anda bahwa awal mula di temukannya ilmu kedokteran merupakan
penjabaran dari ayat al quran yang termuat dalam surat An-Naml. Dan masih
banyak lagi ilmu pengetahuan lainnya yang bersumber dari kitab suci umat Islam
ini.
Pada dasarnya tidak ada bedanya mempelajari pengetahuan spiritual (agama)
maupun intelektual. Kesemuanya pada hakekatnya sama sama ilmu yang berasal dari
Allah SWT yang merupakan amanah yang harus di pelihara, di pelajari dan
kemudian disampaikan (di ajarkan) pada orang lain untuk kemaslahatan umat manusia
pada umumnya dan umat islam pada khususnya.
Oleh Amin Shiddiq Penulis adalah siswa kelas X A MAU TBS Kudus
0 komentar:
Posting Komentar