Penamatan matahari secara sistemalis mulai
dilakukan di Observatorium Zurich tahun 1749, atau lebih dari seabad setelah
pengamatan Galileo. Selama berpuluh-puluh tahun observatorium mi menjadi
pelopor dalam pengamatan Matahari. Dan ketekunan dan jerih payah selama puluhan
tahun ini, akhirnya terungkap pemunculan bintik mengikuti suatu siklus dengan
penioda sekitar 11 tahun.
Meski fenomena itu sudah diketahui
ratusan tahun silam, perilaku atau sifat-sifat siklus aktivitas matahari 11
tahun masih merupakan topik penelitian yang relevan dilakukan oleh para
peneliti pada saat ini. Entah dalam upaya untuk memahami fisika matahari maupun
mengkaji pengaruhnya bagi lingkungan tata surya khususnya pengaruh alctritas
itu terhadap lingkungan bumi, yang lebih populer dengan sebutan cuaca antariksa
(space weather).
Satu abad kemudian, yaitu tahun
1849, observatonium lainnya (Royal Greenwich Observatory, Juggris) memulai
pengamatan matahari secara rutin. Dengan demikian, data dari kedua observatorium
tersebut saling melengkapi. Ada kalanya sebuah observatorium tidak mungkin
melakukan pengamatan karena kondisi cuaca ataupun teleskop dalam perawatan.
Siklus 11 tahun aktivitas matahani merupakan
suatu keajaiban alam. Bagaimana sebenarnya proses pembangkitan siklus 11 tahun
itu, hingga kini masih menjadi topik penelitian menarik bagi para ahli. Dari
berbagai studi yang telah dilakukan, terungkap pembangkitan siklus itu
berkaitan dengan proses internal matahari terjadi pada suatu lapisan di bawah
fotosfer yang disebut lapisan konvektif.
Lapisan konvektif mempunyai
ketebalan sekitar 30 dan janijani matahari. Namun, lapisan ini mempunyai
peranan penting dalam proses penlalaran energi yang dibangkitkan oleh inti
matahari sebelum dipancarkan keluar dari fotosfer. Di antara inti dan lapisan
konvektif terdapat lapisan radiatif.
Satu-satunya teori yang bisa
menjelaskan fenomena sikius 11 tahun
secara tepat adalah teori ‘Dinamo Matahari’ (Solar Dynamo). Seorang pakar
bidang ini, Prof. Hirokazu Yoshimura dan Departemen Astronomi, Universitas
Tokyo, telah melakukan studi intensif proses dinamo matahari melalui simulasi
3D menggunakan komputer. Begitu ketatnya menjaga kerahasiaan penelitian yang
tengah dilakukan, laboratorium tempat ia bekerja senantiasa tertutup rapat. Salah
seorang staf Matahari Watukosek-LAPAN, Maspul Aini Kambry, boleh jadi
satu-satunya orang Indonesia yang sering berdiskusi di dalam laboratoriumnya
ketika ia mengambil program doktor.
Melalui kerja sama penelitian,
mereka berhasil membuktikan adanya siklus 55 tahun (55 years grand cycle)
berdasarkan hasil simulasi dinamo matahari, yang dikonfirmasi melalui analisis
observasi bintik menggunakan data dan National Astronomical Observatory of
Japan (NAOJ). Penemuan yang dituangkan dalam tesis doktor M.A. Kambry, sempat
diekspos salah satu koran terkemuka Jepang, Yomiuri Shimbun, setelah
dipresentasikan dalam suatu simposium astronomi (tenmon gakkai) di Jepang, 13
tahun silam.
0 komentar:
Posting Komentar