Kamis, 23 Februari 2012

Cara Asyik Belajar Sejarah


 Afifah Afra, nama pena dari Yeni Mulyati, adalah alumnus Universitas Diponegoro Semarang, dikenal sebagai penulis Forum Lingkar Pena (FLP) yang sangat produktif. Cerpen-cerpennya juga kerap menghiasi Annida. Pada awal kemunculannya di dunia penerbitan buku Indonesia, Ia sempat menggebrak dengan novel trilogy Bulan Mati di javasche oranje (BMdjo), Syahid Syahidah, dan Peluru di Matamu. Trilogi yang dia anyam dari sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pergerakan Islam dunia, terutama menjelang runtuhnya kekhalifahan islam terakhir, (Turki Utsmaniyah), mendapat sambutan cukup baik dari pembaca, terutama pembaca fiksi islam.

Novel terbarunya ini juga bertutur mirip dengan trilogi BMdjo, yakni kisah cinta dibalut sejarah pergerakan Indonesia plus pergerakan Islam dengan setting Surakarta tahun 1930-an. Plot bertumpu pada RM Rangga Puruhita, putra seorang pangeran kerajaan surakarta yang baru kembali dari Belanda setelah menamatkan kuliah ekonominya di leiden.
Panggilan nurani serta prihatin dengan kondisi bangsanya membulatkan tekat dihati Rangga untuk mengabdi dan membangun Hindia Belanda, di banding tawaran profesornya untuk melanjutkan studi dan bekerja di Belanda.

Rangga langsung diterima bekerja di pabrik gula De Winst di Surakarta sebagai asisten administrator pemasaran, satu-satunya Inlander diantara kulit putih lain yang memiliki jabatan cukup tinggi di pabrik tersebut. Tak usah heran, selain lulusan Leiden, ayahnya Rangga juga memiliki saham di pabrik itu. Rendahnya gaji para buruh pabrik menumbuhkan empati dan bibit pemberontakan dalam diri Rangga. Kepergian tuan Belljmer, pimpinan De Winst, untuk melanjutkan pendidikan di leiden, membuat bibit pemberontakan makin membulat di diri Rangga. Apalagi saat ia tahu pengganti Tuan Belljmer adalah Jan Thijsse, yang ternyata suami Everdine Kareen Spizona, wanita Belanda yang sempat singgah dihati Rangga saat bertemu di kapal dalam perjalanan menuju Hindia Belanda.

Judul buku : DE- WINST
Penulis : Afifah Afra
Tebal buku : 336 hlm;20,5 cm.
Penerbit : Indiva media kreasi,2008
Editor : Khalatu Yahya
Resentator: M.Nafiul Charis


Konflik makin berkelindan saat orang tua Rangga mengingatkannya untuk menikah dengan Rr Sekar Prembayun, gadis yang telah dijodohkannya sejak kecil, yang juga masih sepupu Rangga. Disatu sisi, hati Rangga masih tertaut pada Kareen, disisi lain, Sekar pun ternyata tak sesuai sangkaan Rangga, dan telah memiliki tambatan hati yakni Jatmiko, aktivis Partai Rakyat, anak saudagar kaya yang lebih memilih hidup melarat demi idealisme untuk memperjuangkan kemerdekaan. Lalu muncul Kresna, pemuda ganteng yang cuek dan mbeling, yang mengaku kekasih Sekar. Juga Pratiwi, gadis 17 tahun yang menjadi perwakilan warga pemilik tanah yang tanahnya disewa De Winst. Keberpihakan Rangga pada Pratiwi dan perjuangan untuk menaikkan harga sewa tanah, membuatnya dipecat dari De Winst. Kehadiran Rangga dalam Partai Rakyat membuatnya dituduh akan menggoyang kekuasaan Ratu Belanda. Pratiwi diperkosa. Sekar dipingit. Kresna menghilang dan penulis terus mengocok konflik cerita.

Afifah Afra adalah pendongeng yang piawai, begitu kata Izzatul Jannah, Penulis Senior FLP, dalam sebuah kesempatan. Dan peminat, sekali lagi adalah bukti kepiawaian Afra dalam meramu cerita. Terlihat kematangan Afra menulis dibanding trilogi BMdjo dalam De Winst, Afra lebih “membumi” dan tak menggebu-gebu dalam menyampaikan pesan moril (baca : dakwah). Juga lebih telaten mengembangkan karakter tokoh. Hanya saja, masih ada kelemahan logika cerita disana sini.

Meski begitu kehadiran novel berbasis (berbalut) sejarah, terutama sejarah negeri ini, patut di apresiasi. Sebab, tak banyak penulis yang bersusah payah melakukan riset, mencari data, dan kemudian menyajikannya dalam cerita yang menarik.

Novel ini juga merupakan cara belajar (mengingat) sejarah yang mengasyikkan bagi kita. Di dalamnya terselip perjuangan Soekarno-Hatta, Syahrir, juga Haji Samanhudi dengan Syarikat Islam-termasuk penyusupan komunis didalamnya. Dan yang lebih penting, betapa hingga kini pun bangsa ini masih berada diketiak “penjajah”.
Hasil Alam dikeruk bangsa lain, rakyat semakin terjepit, pejabat yang terang-terangan korup. Indonesia, masih adakah?

0 komentar:

Posting Komentar

About Magazine

Foto saya
ATH THULLAB adalah majalah tahunan Madrasah NU TBS Kudus, yang di terbitkan oleh segenap PP-IPNU MA NU TBS. ATH THULLAB sekarang sudah mengijak pada edisi 17 dengan tampilan yang apik dan mengalami rovolusi serta pembaruan di berbagai rubrik. Akhir kata, Selamat membaca..

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More