Kamis, 23 Februari 2012

Abdus Salam, Muslim Pertama Peraih Nobel


           Tanah kelahirannya adalah Pakistan, negeri yang tak pernah lekang memaut kecintaannya sampai akhir hayatnya. Abdus Salam dilahirkan pada 29 Januari 1926 di kota Jhang, tidak jauh dari Lahore di Propinsi Punjab. 

Fisikawan terbaik
Pada umur 14 tahun ia lulus ujian matrikulasi untuk Universitas Punjab di Lahore dengan angka tertinggi yang pernah dicatat. Konsentrasi studinya adalah matematika dan fisika, tetapi ia juga tekun mempelajari agama, filsafat, dan literatur. Dengan beasiswa ''Foundation Scholar'' membawanya ke Universitas Cambridge di St. John's College. Di Cambridge ia mengambil ''Mathematics Tripos II'' dan ''Physics Tripos II'' (1946-1949), lulus sebagai ''Wrangler'' (peringkat pertama) dalam tradisi Universitas Cambridge yang didirikan pada 1231. Menjadi mahasiswa peneliti (1951) yang menyelesaikan tesis Ph.D dalam waktu lima bulan, yaitu suatu sumbangan orisinal yang penting tentang ''Renormalisasi'' (menghilangkan bentuk tak terhingga) dalam teori Meson.


Dari Fakultas Sains Universitas Cambridge ia dipandang sebagai salah satu dari ahli fisika teoretis terbaik di dunia. Pada 1950 ia memenangkan Hadiah Smith di Cambridge karena sumbangan yang luar biasa dalam fisika untuk kategori pra-doktor. Sejak itu ia secara kontinyu menggali lapisan dasar tambang sains. Abdus Salam mengambil peran utama dalam setiap usaha membuka drama penemuan dan pemahaman entitas primer dari fisika kuantum. Mengherankan bahwa seorang yang juga begitu aktif dalam masalah politik bisa menerbitkan 2250 hasil karya ilmiah berasas tinggi, puluhan di antaranya seminal bagi fisika partikel elementer!.

Ilmuwan religius
Dapat dikatakan akan Salam adalah dua sosok manusia yang berfusi dalam satu tubuh menghasilkan keajaiban manusia. Ia adalah seorang cendekiawan sekaligus ulama. Sebagai cendekiawan, yaitu ilmuwan fisika teoretis, ia adalah pengikut akhir dari tradisi fisikawan klasik. Baginya ruang lingkup intelektual sains ialah memanunggalkan hukum-hukum alam yang terdiri dari secukupnya prinsip/asas sederhana, di mana kemanunggalan agung adalah salah satu prinsip. Pencarian tapak ini dimulai pada zaman Yunani Kuno dan dilanjutkan dalam Islam oleh Al-Biruni (973-1050 M) yang menegaskan bahwa alam memiliki hukum yang sama di mana saja, di Bumi atau di Bulan. Dengan diwujudkannya pertemuan dua peradaban ini maka dimuilah sains modern dari Galileo ke Einstein, Salam telah memberikan sumbangan fundamental dengan teori electroweak, yaitu kemanunggalan gaya elektromagnetisme dengan gaya nuklir lemah yang dihargai oleh dunia masyarakat sains dengan Hadiah Nobel Fisika 1979.
Abdus Salam tidak percaya adanya konflik antara sains dengan Islam. Ia menegaskan bahwa dari tahun 750-1100 M hampir seluruh sains adalah sumbangan Islam, yang menurut George Sarton (A History of Science ) secara tak putus serta berturut-turut adalah zamannya Jabir, Khawarizmi, Haytham, Razi, Masudi, Wafa, Biruni, Ibn Sina, Omar Khayyam dll. Arab, Turki, Afghani, dan Irani. Dan ia sendiri hanya berusaha mengobarkan kembali tradisi itu.
Meskipun orang tuanya mengikuti salah satu sekte dalam Islam (Ahmadiyah), Salam mengaku tidak ikut sekte manapun. Baginya hanya ada satu Islam dengan sumber Alquran dan Hadis, serta kemampuan individu untuk memahaminya menurut kepercayaan imannya dan keyakinan pikiran serta intuisi bagi dirinya sendiri yang harus dipertanggungjawabkan di kehidupan akhirat.
Nobel di akhir hayat
Selain Abdus Salam, tokoh berpengaruh dalam bidang sains ialah Ishrat Usmani, Ketua Komisi Tenaga Atom Pakistan. Menurut Usmani, ''Kebanyakan usaha keilmiahan di Pakistan ditimbulkan oleh imajinasi Abdus Salam dan bobot pengaruh pribadinya. Abdus Salam adalah simbol kebanggaan dan gengsi bangsa Pakistan dalam dunia keilmiahan. Karena pengaruhnya maka penghargaan berlebih-lebihan yang sebelumnya diberikan kepada seni dan ilmu-ilmu sosial dengan mengorbankan sains telah dipatahkan. Presiden Ayub Khan sendiri membagi kegairahan perhatian Abdus Salam pada penerbitan buku-buku pelajaran sains. Bertambah banyak mahasiswa mengambil studi sains di universitas.'' Abdus Salam menderita stroke, dan dengan itu ia tak bisa berfungsi lagi sebagai Direktur ICTP. 

Sebagai penghormatan kepada pendirinya, selama ia masih sanggup menilainya sebelum kekuatannya hilang sama sekali, di Trieste diadakan 3 hari pertemuan fisika yang dihadiri oleh rekan, pengagum dan mantan mahasiswa dari seluruh penjuru dunia. Salah seorang ialah Yang Chen-Ning (penerima Hadiah Nobel Fisika 1957) yang pembicaraannya dalam seminar di Seattle pada 1956 memberikan kesan mendalam kepada Salam untuk meneliti lebih dalam tentang simetri di dalam alam materi. Puncak dari pertemuan ini adalah pemberian gelar honoris causae (yang ke-35) dari Universitas St. Petersburg (dahulu Leningrad). Rektor Universitas khusus datang memberikannya. Salam mendengarkan sambil duduk di atas kursi roda tetapi ia tak bisa berbicara lagi. 

Sesudah upacara resmi, peserta tenang berdiri berbaris masing-masing menyampaikan ucapan selamat. Cuma sedikit reaksi yang diperlihatkannya, tetapi semuanya mengharap bahwa pesan mereka tersampaikan kepada tubuh yang lumpuh serta bisu itu. Sesudah nama-nama besar, maka datang giliran peneliti muda. Yang terakhir adalah seorang peneliti muda yang gugup berasal dari Pakistan. Ketika ia membungkuk ke arah Salam yang duduk di kursi roda itu, ia berkata ''Pak, saya adalah mahasiswa dari Pakistan. Kami sangat membanggakan Bapak.'' Bahu Abdus Salam tampak tergetar dan air mata pun mengalir di pipinya. Sesudah tak sanggup lagi berkomunikasi selama tiga tahun terakhir oleh penyakit yang melumpuhkan, ruh itu meninggalkan jasadnya pada 20 November 1996 di Oxford, diiringi oleh doa Salam sendiri, jauh dari tanah air yang dicintainya. Tanah Inggris menyimpan jasadnya.

Sumber:         Mutiara Peradaban Islam: Abdus salam (I) Says: 29, May, 2007
Majalah Islamia vol.III no. 1, penerbit Insists,
W.J wopakrik, 2002, Dari atom hingga quark,  penerbit KPG,  jakarta

0 komentar:

Posting Komentar

About Magazine

Foto saya
ATH THULLAB adalah majalah tahunan Madrasah NU TBS Kudus, yang di terbitkan oleh segenap PP-IPNU MA NU TBS. ATH THULLAB sekarang sudah mengijak pada edisi 17 dengan tampilan yang apik dan mengalami rovolusi serta pembaruan di berbagai rubrik. Akhir kata, Selamat membaca..

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More