Selasa, 07 Juli 2009

Editorial


santri, sebuah istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Mendengar kata tersebut, seketika pikiran kita tertuju pada pondok pesantren (ponpes). Memang benar santri selalu identik dengan ponpes. Akan tetapi, istilah santri tidak bisa dikaitkan hanya dengan seseorang yang bermukim di pesantren saja, melainkan kepada orang-orang yang mempelajari serta mendalami ilmu agama Islam kepada ulama’.


Jadi, santri adalah mereka yang selalu menganut dan mengamalkan perilaku yang dilakukan oleh ulama’ serta mendengarkan ilmu dan belajar kepadanya. Sebab, sudah ditetapkan bahwa ulama’ adalah pewaris para Nabi. Jika kita mengikuti serta mengamalkan tata cara dan perilaku mereka, maka dengan demikian kita telah mengikuti sunnah para Nabi. Maka orang yang thalabul ilmi di madrasah-madrasah di bawah bimbingan para ulama’ bisa disebut juga sebagai santri.

Sebenarnya, keberadaan santri sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam segi apapun, bahkan dalam struktur kenegaraan. Santri sebagai penerus para ulama’ juga mempunyai peran penting terhadap tetap tegaknya suatu negara. Sebab, suatu negara tidak dapat berdiri kokoh jika pemimpinnya tidak mempunyai bekal ilmu keagamaan.

Namun, santri juga harus pandai memanfaatkan ilmunya. Selain dimanfaatkan sebagai pedoman beribadah bagi diri sendiri, santri juga harus berani dan mampu berjuang menegakkan agama Islam. Sebab, sebaik-baik umat adalah mereka yang mau amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran). Tak hanya itu, di era globlalisasi ini seorang santri juga dituntut untuk bisa menguasai teknologi. Kita tentu mengetahui bagaimana sebuah perubahan dalam setiap lini kehidupan. Kecepatan pertumbuhan teknologi kini melipat jarak dan waktu. Maka untuk berkompetisi dalam dunia seperti sekarang ini, hal yang perlu diperhatikan adalah meningkatkan kualitas dikarenakan para santri akan berjuang untuk waktu yang akan datang. Maka dari itu, mereka harus bisa menguasainya.

Tetapi mereka juga harus hati-hati terhadap dampak negatif teknologi yang sangat berpengaruh kepada akhlaqul karimah dan kepribadian santri. Jika tidak dibarengi dengan filter, maka sedikit demi sedikit jati diri santri akan terkikis. Namun, hal itu dikembalikan pada pribadi masing-masing. Sebab teknologi adalah sebuah alat yang selain bermanfat juga berbahaya, tergantung bagaimana mereka menggunakannya. Seperti pisau yang tajam akan lebih bermanfaat untuk memotong sayuran. Tetapi pisau tersebut juga akan berbahaya, jika digunakan untuk kejahatan seperti membunuh orang.


Dengan demikian, jika penguasaan teknologi telah dimiliki maka seorang santri akan menjadi pusat pergerakan modern yang akan diperhitungkan sebab pengaruhnya tidak hanya dirasakan oleh kalangan regional-lokal tetapi juga global. Jadi kita tidak akan bisa lepas dari namanya teknologi yang semakin berkembang pesat karena semua aspek kehidupan sekarang itu pasti diwarnai dengan yang namanya teknologi. Oleh karena itu, santri tidak boleh ketinggalan. Santripun harus bisa menguasai teknologi, bukan hanya ilmu keagamaan saja karena teknologi itu juga merupakan bagian dari ilmu Allah sehingga harus dikuasai dengan betul. Jangan sampai santri ketinggalan dalam bidang tersebut. Dan santri harus senantiasa bangga dengan berucap “Santri, Inilah Aku!”.

0 komentar:

Posting Komentar

About Magazine

Foto saya
ATH THULLAB adalah majalah tahunan Madrasah NU TBS Kudus, yang di terbitkan oleh segenap PP-IPNU MA NU TBS. ATH THULLAB sekarang sudah mengijak pada edisi 17 dengan tampilan yang apik dan mengalami rovolusi serta pembaruan di berbagai rubrik. Akhir kata, Selamat membaca..

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More