Awalnya dia hanyalah makhluk yang sangat kecil. Rumahnya tak lebih besar daripada sebutir merica. Begitu keluar dari rumahnya, dia akan langsung mencari makan. Tak tanggung-tanggung, makannya sangat banyak sekali. Seluruh tubuhnya seolah-olah hanya terpenuhi dengan makanan. Banyak orang tak suka dengan sifat rakusnya tersebut, selain karena tubuhnya yang membuat orang merasa jijik. Namun, setelah beberapa hari, dia seolah menyadari perbuatannya. Dia bertapa di dalam sebuah rumah barunya. Dia tidak makan juga tidak minum.Setelah berhari-hari menjalani pertapaannya, dia keluar dari rumahnya dalam wujud barunya. Wujud yang jauh berbeda dari sebelumnya. Tubuhnya menjadi sangat indah dan elok, membuat orang terpesona saat melihatnya. Dia menari-nari dari satu bunga ke bunga lain.
"Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Maidah: 191)
Allah menciptakan dunia dengan segala
keindahannya adalah untuk manusia agar manusia dapat mengambil pelajaran
sehingga dapat lebih mengenal Tuhan-Nya. Banyak kejadian di alam yang menjadi
bukti kebesaran-Nya. Seperti peristiwa terbit dan terbenamnya matahari, kapal
yang dapat berlayar di laut, dan turunnya hujan dari langit.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air
itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara
langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)
bagi kaum yang memikirkan. (QS. Al-Baqarah: 164)
Tanda-tanda
kebesaran Allah juga nampak dalam pola tingkah laku hewan. Sekawanan lebah
mampu membuat suatu bangunan yang memiliki nilai arsitektur tinggi. Padahal
mereka tidak pernah belajar dari induk mereka dan tidak membuat rancangan
rumahnya terlebih dahulu. Sekawanan semut mampu bekerjasama dengan baik dalam
membangun sarang dan mencari makanan. Kekompakan dan kerjasama mereka sangat
luar biasa.
Begitu
pula proses metamorfosis pada hewan. Proses metamorfosis pada kupu-kupu sangat
mirip dengan proses penciptaan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah dari suatu
saripati yang berasal dari tanah. Saripati tersebut menjadi sel sperma yang
bertempat di rahim. 40 hari kemudian sel sperma itu berubah menjadi segumpal
darah. Dan dalam 40 hari pula segumpal darah tersebut akan berubah menjadi segumpal
daging. Setelah genap 4 bulan, segumpal daging tersebut menjadi
tulang-belulang. Tulang-belulang tersebut kemudian dibungkus dengan daging
sehingga terbentuklah jasad manusia yang utuh. Barulah setelah itu Allah
meniupkan ruh ke dalam tubuh manusia.
Proses
perkembangan manusia menjadi sempurna tidak hanya terjadi dalam proses
penciptaannya saja. Dalam kehidupannya, manusia juga mengalami proses
metamorfosis. Hanya saja, metamorfosis tersebut tidak terjadi dalam fisik
manusia, tetapi terjadi dalam hatinya.
Saat
manusia lahir, hati manusia masih bersih dan suci. Tak ada satupun dosa yang
melekat sampai ia tumbuh dewasa (baligh). Dalam tahap ini, manusia seperti
telur ulat.
Begitu
tumbuh dewasa, hati manusia mulai berlumuran dosa. Tak ada satupun yang tidak
mempunyai dosa sama sekali. Tahap ini manusia ibarat seekor ulat. Selalu
membuat kerusakan dan membuat jengkel hati orang lain. Penuh dengan keserakahan
dan kesenangan semu.
Namun,
kebanyakan manusia tidak dapat mencapai tahap kupu-kupu. Sebab, mereka tidak
menyadari bahwa mereka bisa menjadi kupu-kupu jika mereka mau menjadi
kepompong. Tahap kepompong adalah tahap dimana manusia mau menyadari
kesadarannya dan mau bertaubat.
Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah
itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan
iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-A’raf: 153)
Menyadari
kesalahan memang bukanlah hal yang mudah. Manusia harus sering menginstropeksi
dirinya untuk dapat mengetahui kesalahan-kesalahannya. Manusia harus sering
menghitung-hitung berapa banyak kebaikan yang telah dilakukannya, dan berapa
banyak keburukan yang telah diperbuatnya.
Dalam
hal ini, ulat mengajarkan kepada manusia cara menginstropeksi diri. Manusia
harus menyendiri, menghindar dari manusia lain. Menghindar bukan berarti tidak
peduli terhadap orang lain dan tidak mau tahu terhadap apa yang sedang terjadi.
Tetapi, menghindar dari manusia maksudnya adalah menjauhkan diri dari hal-hal
yang dapat membawa dirinya ke dalam kejahatan dan sifat-sifat buruk
manusia. Seperti sifat sombong, iri,
dengki, dusta, dan sebagainya.
Untuk
menghindari sifat-sifat yang buruk memang tidak mudah. Karena itulah ulat juga
mengajarkan kepada manusia untuk berpuasa. Puasa dapat menahan seseorang dari
perbuatan-perbuatan buruk. Puasa juga dapat menghapus dosa-dosa manusia yang
telah lalu. Seperti Puasa Asyura' yang dapat menghapus dosa selama satu tahun
yang lalu, serta masih banyak puasa lain yang mempunyai pahala yang besar.
Karena
manusia mempunyai sifat malas beribadah kepada Allah, maka Allah mewajibkan
kepada manusia untuk berpuasa selama satu bulan penuh dalam setahun, yaitu pada
bulan Ramadlan. Selama satu bulan tersebut, manusia harus menahan diri dari
makan dan minum mulai terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Manusia juga
tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasanya. Mereka
menghentikan perbuatan-perbuatan buruknya dan memperbanyak perbuatan-perbuatan baik.
Setelah
berpuasa selama sebulan penuh, barulah manusia mengalami metamorfosis sempurna.
Manusia telah menjadi makhluk yang yang terbebas dari dosa, seperti seorang
bayi yang baru dilahirkan. Karena itulah, hari itu disebut Idul Fithri yang
artinya kembali suci. Dosa manusia telah dilebur oleh Allah pada hari itu. Pada
hari itu pula manusia menunjukkan kepada orang lain bahwa metamorfosisnya telah
sempurna dengan jalan bersilaturrahim kepada sanak saudara dan
tetangga-tetangga mereka. Mereka ingin memberitahu bahwa mereka bukan lagi ulat
yang selalu merugikan.
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang
yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat
dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (An-Nisa’: 17)
Tetapi,
masih saja ada orang yang tidak mau mengerjakan puasa Ramadlan. Bahkan ada yang
sampai terlalunya mengharamkan puasa karena alasan sakit lambung (maag).
Padahal, puasa dapat menjaga kesehatan seseorang, bukan memperparah penyakit seseorang.
Tidak ada dalam sejarah, orang meninggal karena berpuasa. Yang ada adalah orang
yang meninggal karena terlalu banyak makan.
Orang
yang tidak mau mengerjakan puasa dengan baik tidak pantas disamakan dengan
kupu-kupu. Mereka lebih pantas disamakan dengan katak atau kecoa. Sebab, mereka
tidak mau bersusah payah untuk mencapai metamorfosis yang sempurna.
Kesempurnaan
manusia sebagai kupu-kupu haruslah selalu terjaga. Jangan sampai kesempurnaan
itu ternodai oleh keburukan dan dosa. Karena jika kesempurnaan itu ternodai
kembali manusia harus mengulang lagi jalan panjang menuju kesempurnaan itu. Dia
dianggap telah gagal menjalani metamorfosisnya.
Karena
itulah, kupu-kupu kembali mengajari manusia bagaimana cara menjaga kesempurnaan
dirinya. Sejak menjalani metamorfosis yang panjang, kupu-kupu tidak pernah lagi
merusak tanaman. Dia telah meninggalkan perbuatan buruknya. Makanannya telah
berubah menjadi lebih baik, yaitu madu yang terdapat di bunga-bunga. Dia memulai
sebuah kehidupan yang baru, kehidupan yang jauh lebih baik dan lebih berarti.
Dia membantu tanaman dalam penyerbukan dengan mempertemukan serbuk sari dengan
kepala putik.
Manusia
juga harus meniru tingkah laku kupu-kupu untuk menjaga kesempurnaannya. Manusia
harus memulai mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik, sering membantu orang
lain, dan juga mencari rizki dengan pekerjaan yang halal. Dengan demikian,
manusia akan dapat terus menjadi kupu-kupu yang membuat orang terpesona saat
melihatnya.
Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka
sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.
(Al-Furqon: 71)
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh
kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh
kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat
haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah:128)
Manusia
yang mau bertaubat kepada Allah dengan tulus, maka Allah akan menutupi
kesalahan-kesalannya, mengampuni dosa-dosanya, dan juga memasukkannya ke dalam
surga di akhirat nanti. Allah SWT berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai... (At-Tahrim: 8)
Karena itu, bertaubatlah sebelum pintu taubat ditutup oleh Allah.
Oleh: The Genuine SecretaryMuhammad Fahmil HudaReferensi: Al-Qur’an Al-KarimHadits Al-Arba’in An-Nawawi
0 komentar:
Posting Komentar