Afifah Afra, nama pena dari Yeni Mulyati, adalah alumnus Universitas
Diponegoro Semarang, dikenal sebagai penulis Forum Lingkar Pena (FLP) yang
sangat produktif. Cerpen-cerpennya juga kerap menghiasi Annida. Pada awal
kemunculannya di dunia penerbitan buku Indonesia, Ia sempat menggebrak dengan
novel trilogy Bulan Mati di javasche oranje (BMdjo), Syahid Syahidah, dan
Peluru di Matamu. Trilogi yang dia anyam dari sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia
dan pergerakan Islam dunia, terutama menjelang runtuhnya kekhalifahan islam
terakhir, (Turki Utsmaniyah), mendapat sambutan cukup baik dari pembaca,
terutama pembaca fiksi islam.
Novel terbarunya ini juga bertutur mirip dengan trilogi BMdjo, yakni
kisah cinta dibalut sejarah pergerakan Indonesia
plus pergerakan Islam dengan setting Surakarta tahun
1930-an. Plot bertumpu pada RM Rangga Puruhita, putra seorang pangeran kerajaan
surakarta yang baru kembali dari Belanda setelah
menamatkan kuliah ekonominya di leiden.
Panggilan nurani serta prihatin dengan kondisi bangsanya membulatkan tekat
dihati Rangga untuk mengabdi dan membangun Hindia Belanda, di banding tawaran
profesornya untuk melanjutkan studi dan bekerja di Belanda.
Rangga langsung diterima bekerja di pabrik gula De Winst di
Surakarta sebagai asisten administrator pemasaran, satu-satunya Inlander
diantara kulit putih lain yang memiliki jabatan cukup tinggi di pabrik
tersebut. Tak usah heran, selain lulusan Leiden,
ayahnya Rangga juga memiliki saham di pabrik itu. Rendahnya gaji para buruh
pabrik menumbuhkan empati dan bibit pemberontakan dalam diri Rangga. Kepergian
tuan Belljmer, pimpinan De Winst, untuk melanjutkan pendidikan di leiden, membuat bibit
pemberontakan makin membulat di diri Rangga. Apalagi saat ia tahu pengganti
Tuan Belljmer adalah Jan Thijsse, yang ternyata suami Everdine Kareen Spizona,
wanita Belanda yang sempat singgah dihati Rangga saat bertemu di kapal dalam
perjalanan menuju Hindia Belanda.
Judul buku : DE- WINSTPenulis : Afifah AfraTebal buku : 336 hlm;20,5 cm.Penerbit : Indiva media kreasi,2008Editor : Khalatu YahyaResentator: M.Nafiul Charis
Konflik makin berkelindan saat orang tua Rangga mengingatkannya
untuk menikah dengan Rr Sekar Prembayun, gadis yang telah dijodohkannya sejak
kecil, yang juga masih sepupu Rangga. Disatu sisi, hati Rangga masih tertaut
pada Kareen, disisi lain, Sekar pun ternyata tak sesuai sangkaan Rangga, dan
telah memiliki tambatan hati yakni Jatmiko, aktivis Partai Rakyat, anak
saudagar kaya yang lebih memilih hidup melarat demi idealisme untuk
memperjuangkan kemerdekaan. Lalu muncul Kresna, pemuda ganteng yang cuek dan mbeling,
yang mengaku kekasih Sekar. Juga Pratiwi, gadis 17 tahun yang menjadi
perwakilan warga pemilik tanah yang tanahnya disewa De Winst. Keberpihakan
Rangga pada Pratiwi dan perjuangan untuk menaikkan harga sewa tanah, membuatnya
dipecat dari De Winst. Kehadiran Rangga dalam Partai Rakyat membuatnya dituduh akan
menggoyang kekuasaan Ratu Belanda. Pratiwi diperkosa. Sekar dipingit. Kresna
menghilang dan penulis terus mengocok konflik cerita.
Afifah Afra adalah pendongeng yang piawai, begitu kata Izzatul
Jannah, Penulis Senior FLP, dalam sebuah kesempatan. Dan peminat, sekali lagi
adalah bukti kepiawaian Afra dalam meramu cerita. Terlihat kematangan Afra
menulis dibanding trilogi BMdjo dalam De Winst, Afra lebih “membumi” dan tak
menggebu-gebu dalam menyampaikan pesan moril (baca : dakwah). Juga lebih
telaten mengembangkan karakter tokoh. Hanya saja, masih ada kelemahan logika
cerita disana sini.
Meski begitu kehadiran novel berbasis (berbalut) sejarah, terutama
sejarah negeri ini, patut di apresiasi. Sebab, tak banyak penulis yang bersusah
payah melakukan riset, mencari data, dan kemudian menyajikannya dalam cerita
yang menarik.
Novel ini juga merupakan cara belajar (mengingat) sejarah yang
mengasyikkan bagi kita. Di dalamnya terselip perjuangan Soekarno-Hatta,
Syahrir, juga Haji Samanhudi dengan Syarikat Islam-termasuk penyusupan komunis
didalamnya. Dan yang lebih penting, betapa hingga kini pun bangsa ini masih
berada diketiak “penjajah”.
Hasil Alam dikeruk
bangsa lain, rakyat semakin terjepit, pejabat yang terang-terangan korup. Indonesia,
masih adakah?
0 komentar:
Posting Komentar