Rabu, 08 Juli 2009

S E P E D A Hemat dan Menyehatkan


S E P E D A Alat Transportasi Terhemat, Bergengsi, Menyehatkan, Dan Tereksis

Masihkah anda menggunakan sepeda, atau jangan-jangan sudah dijual. Bisa dikatakan terhemat karena tidak membutuhkan BBM. Dikatakan bergengsi karena sepeda merupakan alat transportasi bergengsi di negeri Belanda. Menyehatkan karena dengan bersepeda rutin setiap hari membuat diri menjadi rileks, tenang, dan sehat dan jika dijadikan hobi bersepeda dapat meningkatkan vitalitas daya hidup. Selain itu bersepeda juga menyenangkan. Tereksis karena alat transportasi tersebut masih berlaku dikalangan manapun mulai dari pejabat hingga rakyat, contoh: Amien Rais. Beliau sering menyempatkan untuk bersepeda. Sebuah alat transportasi yang masih eksis dan melegenda di negeri kincir angin ini mempunyai sejuta sejarah dalam perkembangan. Berdasarkan keputusan the International Cycling Histori Conference (ICHC) konferensi internasional sejarah sepeda, penemu sepeda dianugrahkan pada Karl Von Drais.

Menurut ensiklopedia columbia dan britannica.com , nenek moyang sepeda berasal dari prancis tepatnya sejak awal abad ke-18 dan dikenal dengan kendaraan velocipede awalnya bentuk sepeda belum menggunakan konstruksi besi. Seorang jerman Baron Karl Drais Von Sauerborn pantas disebut sebagai penyempurna “velocipede” itu tahun 1818 Von Sauerborn membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang efisiensi kerjanya sebagai kepala pengawas hutan badan ia memang butuh sarana transportasi bermobilitas tinggi. Tapi model yang dikembangkan tampaknya masih mendua, antara sepeda dan kereta kuda. sehingga masyarakat menjuluki ciptaan sang baron sebagai “dandy horse” dari beberapa orang yang mencoba menyempurnakan bentuk sepeda adalah ernest michaux (1855) dan pierre lallement (1865) keduanya berkebangsaan prancis. michaux dikabarkan menyempurakan sepeda dengan membuat pemberat engkol sehingga laju sepeda lebih stabil sementara lallement memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi disekelilingnya (sekarang dikenal sebagi pelek atau velg).

Lellement juga yang memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar dari pada roda belakang. Kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi pembuatan baja berlubang ditemukan, menyusul kian bagusnya teknik penyambungan besi, serta penemuan karet sebagai bahan baku ban, namun faktor keamanan dan kenyamanan tetap belum terpecahkan. Karena teknologi suspensi (per dan sebagainya) belum ditemukan, goyangan dan goncangan sering membuat penunggangnya sakit pinggang, setengah bercanda masyarakat menjuluki sepeda lallement sebagai “boneshaker” penggoyang tulang. Tidak heran jika di era 1880-an tiga roda dianggap lebih aman buat wanita dan laki-laki yang kakinya terlalu pendek untuk mengayuh sepeda konvensional menjadi begitu populer. Trend sepeda roda dua kembali mendunia setelah berdirinya pabrik seped pertama di Convenry Inggris pada tahun 1885 pabrik yang didirkan James Strarley ini makin menemukan momentum setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angin laju sepeda pun tak lagi berguncang penemuan lain seperti rem perbandingan gigi yang bisa di ganti-ganti rantai setang yang bisa di gerakan dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda sejak itu berjuta-juta orang mulai mnjadikan sepeda sebagai alat tranportasi dengan Amerika dan Eropa sebagai pionernya.

Dan sekarang sepeda tidak ada yang tidak mengenal, sepeda sudah mendunia dan tidak mengenal usia. Kring.....kring....kring.... mari kita budayakan bersepeda ambil sepeda lalu gayuh pedalnya.
oleh : muhammad abdu al_muhith*
*penulis adalah koordinator english club
Sumber : Internet

SANTRI, Salam Inspirasi Tim Redaksi


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga majalah ATH-THULLAB edisi XIII dapat kami sajikan sedemikian rupa. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan ke pangkuan baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, semoga kita kelak mendapat syafa’atul udzma. Amien.

Tak lupa ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kami sampaikan kepada pembina yang telah mengarahkan kami, para pembaca setia ATH-THULLAB, atas partisipasinya dalam wujud pengiriman kritik, saran, dan artikel-artikel kepada kami, sehingga kami dapat menerbitkan majalah ATH-THULLAB, yang kali ini terbit pada edisi ke XIII di tengah-tengah para pembaca setia ATH-THULLAB.

Majalah ATH-THULLAB sebagai media aspirasi pelajar Madrasah TBS Kudus di harapkan mampu membina skill yang handal, yang nantinya dapat melahirkan generasi-generasi penerus yang berkualitas, kreatif, kritis, dan berekspresi dalam segala bidang.

Pada edisi XIII kali ini, tim redaksi mengajak para penggemar, dan pembaca setia ATH-THULLAB untuk menela’ah, mengkaji, dan menelusuri tentang seputar tema yang kami angkat, yakni ‘Santri, Inilah Aku!’, ‘Menuju Santri Teknologi’. Untuk mengkaji lebih dalam, kami melakukan interview dengan narasumber yang berkompeten dan selaras dengan tema yang kami angkat, antara lain Mahmud Arif (Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), KH. Syafiq Nashan, Lc (Ketua MUI Kudus), H. M. Ulin Nuha, MA (Pengajar MA NU TBS). Selain itu, untuk melengkapi data, kami suguhkan hasil interview langsung dengan KH. Mc. Ulil Albab Arwani (Wakil Katib Syuriah PCNU Kabupaten Kudus), H. Asyrofi Masyitha (Ketua DPRD Kudus).

Disamping itu, untuk memenuhi saran, usulan dan masukan dari para pembaca yang budiman, khususnya para siswa Madrasah NU TBS Kudus, maka kami menampilkan Biografi Sesepuh TBS yaitu Almarhum Almaghfurillah K.H. Shofwan Ridlwan dan liputan dalam rubrik baru kami diantaranya ‘TBS Tempoe Doeloe’, juga tak kalah menariknya liputan redaksi di berbagai macam kegiatan Madrasah NU TBS dan kegiatan PP-IPNU.

Meskipun berbagai rintangan dan hambatan menjadi problematika utama, kami selaku Tim Redaksi ATH-THULLAB edisi XIII telah berusaha dengan kapabilitas semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik bagi para pembaca setia. Namun, dalam edisi kali ini, pasti tak luput dari kesalahan dan kekurangan dalam penyajian bahasa, isi, layout, desain dan segala seluk beluk kejurnalistikan. Untuk itu, koreksi, kritik, dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian sangat kami harapkan.

Akhirnya, kami selaku Tim Redaksi ATH-THULLAB Edisi XIII hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah mendukung demi sukses, lancar, dan berhasilnya penerbitan ATH-THULLAB Edisi XIII ini. Dan juga kepada teman-teman yang senantiasa ikut berpartisipasi mengirimkan saran, kritik, dan hasil karyanya kepada kami, Pembina, dan Dewan Asatidz Madrasah NU TBS yang telah memberikan pengarahan kepada kami serta pihak-pihak yang telah membantu eksisnya serta terbitnya Majalah ATH-THULLAB Edisi XIII kali ini. Semoga amal, niat, dan usaha kita selalu diberkahi dan diridhoi oleh Allah Ta’ala. Amien.

Wa'alikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

BUKU TAMU

Bagi para fans majalah ath-thullab maupun pengunjung dapat mengisi BUKU TAMU di bawah ini, Terima Kasih........

BUKU TAMU

SELAMAT DATANG DI ATH-THULLAB ONLINE

Untaian Do’a Untuk Para Mu'assis

Sebelum kita mulai membaca ATH-THULLAB ONLINE ini, mari kita sejenak memanjatkan do’a kehadirat Allah SWT dengan wasilah Rosulullah SAW dan para auliya’ Nya untuk para pendiri madrasah kita tercinta. Semoga Allah SWT menerima segala amal-amal beliau, mengampuni segala dosa-dosanya, melipatgandakan pahalanya, memasukkannya ke dalam surga, serta semoga kita senantiasa memperoleh barokah dan dapat selalu meneruskan perjuangannya.

“Semoga Allah SWT menjadikan majalah ini bermanfaat bagi kita semua dan selalu eksis sampai akhir zaman”. Amin.

Al-Fatihah……….


Sekretariat : Jl. KH. Turaichan Adjhuri No. 23 Telp. (0291) 445474 Kudus 59314

e-mail : red.aththullab@gmail.com
blog : ath-thullab.blogspot.com

SUSUNAN REDAKSI MAJALAH ATH-THULLAB X3

TIM REDAKSI MAJALAH ATH-THULLAB X3
Masa Khidmah 1429-1430 H / 2008-2009 M


PIMPINAN
Dimulai dari PU (Pimpinan Umum) kita. Namanya kaya negara terkecil di dunia. Bedanya hanya dua huruf saja. Orangnya humoris, ganteng (ehm..ehm..), suka nelpon dan SMS-an (dengan siapa ya? 3 gitu loh...loss). Dia lahir di Kudus, 31 Januari 1992. Motto hidupnya adalah ‘Jangan takut berbuat kebaikan dan kebenaran’ (Waduh, kaya superhero aja he he he). Dengan cita-cita menjadi orang sukses yang mulia, dia bernama Muhammad Khoirul Fatihin.

Da
ri PU, kita beralih ke Pimred (Pimpinan Redaksi). Orangnya aneh, bikin orang tertawa saat pertama kali melihatnya (emangnya badut?). But, jangan tanya kemampuannya dalam komputer. Dia adalah The Master of Computing di sekolah kita. Dia tinggal di Margoyoso, Kalinyamatan, Jepara dan lahir tepat pada awal tahun baru 1990. Dialah Pimred tergokil dan terkocak, Heru Ferdiansyah.



SEKRETARIS
Sekretaris kita yang satu ini hobi banget sama utak-utek komputer (koyok iso kang). Remaja yang pernah jadi juara III dokter kecil sekabupaten ketika MI (ndek MI di ketok-ketokno narsis bgt ) ini bercita-cita menjadi arsitek yang bertakwa. Namanya dikagumi oleh banyak cewek sekolah di Kudus (wuekk.... shorrry). Mukanya mirip Afgan dan Derby (kacamatanya aja kali...) orangnya narsis banget ih... sorry kalau ulangan nekem. Anak Besito kelahiran 10 Desember 1991 ini bernama lengkap Muhammad Fahmil Huda.
Ahmad Noor Rofiq, itulah namanya. Meski seorang pria pondokan, kemampuannya di bidang komputer juga tak kalah hebatnya dengan Pimred dan Sek. I dalam seni desain. Orang ini mempunyai harapan bisa pergi ke masa lalu demi menjadi arsitek Menara Eiffel, coz secara postur tubuhnya kaya Eiffel. Remaja kelahiran Demak, 9 November 1990 ini mempunyai tinggi +190 cm (tinggi mana ama jerapah?).

Mun
gkin dia hanya berposisi sebagai Sek. III. Tapi, dialah komponen utama redaksi. Remaja ini adalah pengetik naskah Ath-Thullab yang masuk. Kecepatan mengetiknya mencapai 300 km/jam (wus, sampai-sampai kertasnya terbang semua). Kudus, 19 Januari 1993 adalah tanggal lahirnya. Mau tahu namanya? Itu lho, adiknya Mas Tantowi Yahya, Presenter No. 1 Indonesia, Helmi Yahya.




BENDAHARA
Waduh, kok ada cermin yang bisa jalan ya? Ini bukan mimpi kan? Eh, ternyata bukan. Mereka berdua adalah si kembar Tachibana (Tsubasa mana ya?). But, meski kembar mereka juga punya perbedaan lho! Yang besar punya banyak fans tapi yang satunya tidak suka ketenaran. Mereka berdua selalu menulis laporan keuangan secara mendetil sampai-sampai 0,99 rupiahpun ditulis (wow, kembaliannya gimana tuh?). mereka lahir pada 9 September 1991 dengan nama Muhammad Jamalludin dan Muhammad Jamilludin (benar-benar mirip kan?)

EDITOR
Hoy, ada Raffi Ahmad di TBS. Ayo, siapa yang pengen minta tanda tangan? Eits, tunggu dulu. Jangan tertipu oleh tampangnya. Editor yang satu ini memang orang yang paling ganteng di rumahnya. Coz, doi cuma satu-satunya lelaki di rumahnya (bapake boz, kog paling ganteng dewe, sory ya pak). Kelakuannya penuh sopan santun. Dialah Ahmad Fakhri Azizi, orang Sampet, Gebog, Kudus yang lahir pada 18 Desember 1991.

Mokhammad Abdul Mukhid, 17 Februari 1991, terlahir sebagai anak berbakat yang terbukti dengan diraihnya Juara 1 Lomba PUISI se-Kabupaten. Remaja yang suka dengan pelajaran Kimia ini punya mimpi sekolah di New York, Amerika Serikat. Orangnya kaya burung beo (cerewet gitu!). meski menjabat sekretaris PP tapi dialah ketua PP sejati kita. Coz, hampir semua urusan PP selalu bermula dari dirinya (maklum, Ka Os-nya lagi sibuk ngapalin Qur’an).Miftahur Rohman. Cowok paling alim ini lahir di Kudus, ..................Setiap harinya dia berangkat ke madrasah dengan sepeda jengkinya (waduh, pasti capek tuh!). walaupun Tsanawinya tidak di TBS, tapi kecerdasannya sungguh luar biasa. Terbukti dari nilai raportnya yang masuk sepuluh besar paralel. Orangnya sangat pendiam, imut, dan tawadlu’. Lirikan matanya mampu menarik perhatian sang Pimred (huts... rahasia ya).


REPORTER
Forkapik (pakanan opo meneh iku). Itulah nama yang sering diteriakkan padanya. Coz, dia termasuk salah satu anggota FORKAPIK. Kalau kamu ketemu dia, siapkan obat sakit perut. Bukan karena baunya yang nggak enak sehingga bikin mual sih, tapi karena orangnya suka membuat orang tertawa dengan lawakan-lawakannya (mungkin udah gila kaley,,,,,). Remaja dari Talun, Kayen, Pati ini bernama Muhammad Nafi’ul Charis, lahir 12 Februari 1991.

Kalau kamu lihat uang koin seratus rupiah kuning, kamu pasti menemukan nama tempat tinggalnya. Karapan? Ya, tinggal ganti p-nya jadi b. Orangnya pinter sih, tapi suka tidur saat diajar. Remaja yang lahir di tepung ini (ups, tepung apa pati ya? Ah, terserah lah), pengen jadi seorang dokter (bukan kaya dokter boyke lho..). Karena dia lahir pada 20 Januari 1992, dia diberi nama Muhammad Maghfur (apa hubungannya?). Yah, biar dia selalu dapat ampunan dari Allah SWT gitu (emangnya penjahat?).
Orang yang paling sering membuat tertawa redaksi (kaya pelawak aja) ini punya hobi corat-coret di atas gabus (kaligrafi maksudnya...). Tak heran jika dirinya sering ditempatkan sebagai dekorator acara-acara PP. Remaja yang sok seniman ini bercita-cita menjadi seorang yang kharismatik. Lahirnya di Purwodadi, 21 Mei 1990. Dia adalah... jangan tertawa ya!... Muhammad Ali Ma’shum.


Heri Purwanto, adalah nama yang dimilikinya sejak kecil. Remaja yang namanya sama dengan guru Bahasa Inggris kita ini, pernah dido’akan sang guru menjadi orang yang pintar dalam Bahasa Inggris. Anak Mijen, Kaliwungu kelahiran 18 September 1992 ini selalu mengalami pasang surut (memangnya laut?) dalam kehidupannya. Why? Sebab, dalam perjalanannya meraih dunia akhirat (sekolah bos!) terkadang dia harus bersepeda, kadang pakai motor, kadang nebeng, kadang juga naik angkutan. Yah, terserahlah Mas Heri.
Kudus, 17 Oktober 1991. Seorang bayi dilahirkan pada hari itu di desa Pladen, Jekulo. Bayi tersebut oleh orang tuanya diberi nama Choirul Huda. 18 tahun kemudian anak tersebut ternyata ditakdirkan menjadi anggota redaksi. Hobinya dengan rebana membuatnya ingin berduet dengan Nizar A.R (siapa tuh?). Reporter ini punya cita-cita menjadi orang yang berguna bagi agama, nusa, bangsa, dan dunia (lho, akhirat nggak termasuk?).

Dari Sabang sampai Merauke (tahu lagunya kan), terdapat Kalimantan. Belajar di TBS, demi menuntut ilmu (dilaguin donk!). Lahir di Senggawan Hilir, Kalimantan Barat, 12 Februari 1992 menjadikannya seorang yang beruntung bisa menuntut ilmu di Madrasah NU TBS. Remaja yang ingin mempunyai pulau sendiri ini merupakan juara satu lomba menggambar (dengan anak TK tentunya). Dialah Tri Wardoyo.




ILUSTRATOR
TBS memang kaya dengan anak seni berbakat. Mulai dari seni desain, corat-coret, tarik suara, dan juga seni memimpin. Salah seorang yang memiliki berbagai bakat seni tersebut adalah Ahmad Jauharuddin Ali, remaja gaul (gak gaul loh, kata yang suka dilontarkan) kelahiran Jepara, 21 Februari 1990. Meski hobinya tidur, tapi dianya selalu semangat dalam berkreasi. Dengan bakatnya yang luar biasa, dia telah berhasil memimpin anak buahnya meraih juara I lomba rebana sekabupaten Kudus sebanyak dua kali.
Muhammad Sam’un Al-Ghozi, lahir di Pati, 6 April 1992. Hobinya bermain sepakbola. Impiannya adalah turut serta menjadi pemenang Piala Dunia dengan bergabung di Timnas Indonesia sebagai Kapten (kaya Tsubasa aja Kang?). Cita-citanya hanya satu, yaitu masuk surga. Ya, kita berdo’a saja, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita (lho..? ko’ gitchu sih?). Eh, mohon maaf ya, dia tidak menerima pesanan gambar (emang siapa yang mau pesen?).

SIRKULATOR & PERIKLANAN
Miftachul Umam. Mungkin dialah calon da’i masa depan (seperti Zaenuddin MZ?), seorang da’i dari Tuwang, Karanganyar, Demak, yang tercatat lahir pada 16 September 1990. Bayangkan aja, motto hidupnya saja ‘Hiasilah rumahmu dengan bacaan al-Qur’an’. Wah, kalau gitu jangan sampai kita mengganggunya, bisa-bisa kita disabda jadi Maling Kandang... ups Malin Kundang.


Orang yang satu ini punya simpati yang besar sekali. Siapapun yang pernah jadi anak buahnya pasti merasa puas dengan kepemimpinannya. Why? Sebab, dia sering banget nraktir teman-temannya (meski bukan dengan uangnya sendiri). 25 Juni 1990 dia terlahir sebagai anak sepasang suami-istri yang bertempat tinggal di Rau Tenggeles, Mejobo, Kudus. Dia diberi nama oleh orang tuanya Yusuf Bhahtiyar.
Orang yang satu ini punya amat sangat banyak sekali teman. Coz, dia hobi banget kenalan dan main ke rumah temen. Meski matanya agak sedikit minus, tapi orangnya anti kacamata. Di PP dia sering dijadikan seksi konsumsi karena rumahnya di Kajeksan, jadi sudah kenal daerah sekitar situ. Muhammad Agung Ubaidillah, itulah namanya. Lahir di Kudus, 9 Agustus 1990.


Tahu nggak kaligrafer terkenal di Kudus? Ya, seratus untuk anda (mana tepuk tangannya?).
An
ak Bapak Aufa ini telah belajar di Madrasah NU TBS sejak Tsanawiyah. Suaranya bagaikan suara dari surga sehingga berbagai kejuaraan Qira’ahpun disabetnya. Remaja yang lahir pada 23 Maret 1992 ini pengen meneruskan profesi ayahnya, bahkan pengen menyaingi beliau (Zi’, aku pesen satu ya, tapi gratis dong!!!). Ya, namanya Muhammad Yazid Husni.

Royyan Hidayat, lelaki/pria/jejaka/pemuda kelahiran Kudus, 17 September 1989. Punya bakat lobying, so kamu bisa konsultasi dengan si doi. Kemampuan bisnisnya tak kalah dengan bisnisman senior. Maklum dia kan sudah tua (kata om roy, belajarlah dari orang yang lebih tua, wes re...).

Al-Hafidz dari desa Kaliwungu ini bernama lengkap Muhammad Ghurril Muhajjalin. Sudah menjadi kebiasaannya membaca al-Qur’an 3 kali sehari (kaya’ minum obat aja). Mungkin kemampuannya menghafal al-Qur’an adalah bakat yang diwariskan oleh kedua orang tuanya. Hobinya yang lain adalah jeng-jeng (kelencer, maksudnya). Yach, maklumlah, buat nyegerin pikiran setelah nderes. Mau tahu usianya? Usianya 18,5 tahun coz lahirnya pada 7 Desember 1990.

KEDUDUKAN GURU DALAM PANDANGAN ISLAM

Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru. begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Mengapa demikian? Karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan. Sedangkan Islam amat menghargai ilmu. Pengahargaan Islam terhadap ilmu tergambar dalam sebuah sebuah hadits:
إذا قبض العالم .....
Artinya: "Apabila seorang alim meninggal maka terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak dapat diisi kecuali oleh seorang alim yang lain."

Kita menemukan banyak sekali hadits yang mengajarkan betapa tinggi kedudukan orang berpengetahuan yang biasanya dihubungkan pula dengan orang yang menuntut ilmu. Al-Ghazali menjelaskan kedudukan sangat tinggi yang diduduki oleh orang berpengetahuan dengan ucapannya bahwa orang alim yang bersedia mengamalkan pengetahuannya adalah orang besar di semua kerajaan langit. Dia seperti matahari yang menerangi alam. Ia mempunyai cahaya dalam dirinya. Seperti minyak wangi yang mengharumi orang lain karena ia memang wangi.
Kedudukan orang alim dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya. Mengamalkan ilmu dengan cara mengajarkan ilmu itu kepada orang lain adalah suatu pengamalan yang paling dihargai oleh Islam. Mengutip kitab Ihya’ Al-Ghazali yang mengatakan bahwa siapa yang memilih pekerjaan mengajar maka ia sesungguhnya telah memilih pekerjaan besar dan penting.

Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan; pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar. Yang belajar adalah calon guru dan yang mengajar adalah guru. Maka tidak boleh tidak, Islam pasti memuliakan guru. Tak terbayangkan terjadinya perkembangan pengetahuan tanpa adanya orang belajar dan mengajar dan tak terbayangkan pula adanya belajar dan mengajar tanpa adanya guru.

Tingginya keudukan guru dalam islam masih dapat disaksikan secara nyata pada zaman sekarang. Itu dapat kita lihat terutama di pesantren-pesantren di Indonesia. Santri bahkan tidak berani menantang sinar mata kyainya. Sebagian lagi membungkukkan badan tatkala mengahadap rumah kyainya. Bahkan, konon ada santri yang tidak berani kencing menghadap rumah kyai sekalipun berada dalam kamar yang tertutup. Betapa tidak, mea silau oleh tingkah laku kyai yang begitu mulia, sinar matanya yang ‘menembus’, ilmunya yang luas dan dalam, do’anya yang diyakini mujarab.

Ada penyebab khas mengapa orang Islam amat menghargai guru, yaitu pandangan bahwa ilmu itu semuanya bersumber pada Tuhan. Oleh sebab itu, Allah azza wa jalla berfirman:
.....Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.... (Al-Baqarah: 32)
Ilmu datang dari Tuhan. Guru pertama adalah Tuhan. Pandangan yang menembus langit ini tidak boleh tidak telah melahirkan sikap pada orang Islam bahwa ilmu itu tidak terpisah dari Allah, ilmu tidak terpisah dari guru. Maka kedudukan guru amat tinggi dalam Islam.
Pandangan ini selanjutnya akan menghasilkan bentuk hubungan antara guru dan murid. Hubungan guru-murid dalam Islam tidak berdasarkan hubungan untung-rugi dalam arti ekonomi yang menyebabkan pernah muncul pendapat di kalangan ulama’ Islam bahwa guru haram mengambil upah (gaji) dari pekerjaan mengajar. Hubungan murid-murid dalam Islam pada hakekatnya adalah hubungan keagamaan, suatu hubungan yang mempunyai niali kelangitan.

Kedudukan guru yang demikian tinggi dalam Islam kelihatannya memang berbeda dari kedudukan guru di dunia Barat. Perbedaan itu jelas karena di Barat kedudukan itu tidak memiliki warna kelangitan. Hubungan guru-murid juga berbeda. Perbedaan itu juga karena hubungan guru-murid di Barat tidak lebih dari sekedar orang yang pengetahuannya lebih banyak daripada murid. Hubungan guru-murid juga tidak lebih dari sekedar pemberi dan penerima. Karenanya maka wajarlah bila di Barat hubungan guru-murid adalah hubungan kepentingan antara pemberi dan penerima jasa (dalam hal ini pengetahuan). Karena itu, hubungan juga dilihat oleh pembayaran yang dilakukan berdasarkan perhitungan ekonomi.

Dalam sejarah, hubungan guru-murid dalam Islam ternyata sedikit demi sedikit berubah. Nilai-nilai ekonomi sedikit demi sedikit mulai masuk. Yang terjadi sekarang kurang lebih sebagai berikut:
Kedudukan guru dalam Islam semakin merosot
Hubungan guru-murid semakin kurang bernilai kelangitan, penghormatan murid kepada guru semakin turun
Harga-harga mengajar semakin tinggi
Apakah gejala ini merupakan penyimpangan dari kehendak Islam? Ini memerlukan perenungan yang mendalam.. secara lahiriah kita dapat mengatakan bahwa kedudukan guru, penghormatan murid, dan upah guru dalam islam sekarang ini semakin bergeser kepada nilai-nilai Barat.
Kita sebagai pelajar muslim seharusnya menghormati guru karena betapa tingginya kedudukan guru dalam agama Islam. Semoga dengan penghormatan itu kita mendapatkan barokah dari guru tersebut. Amiin.

Oleh: Ahmad Izzul Falah
Penulis adalah siswa kelas XI IPA 1

Referensi: - Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam
- Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat

Santri , ISLAMIC CREATIVE THINKING TO BE THE WINNER

“Orang yang paling bodoh adalah orang yang meningalkan keyakinannya sendiri karena mengira apa yang dilakukan orang lain lebih berarti.”(Syekh Tajuddin ‘Athoillah As-Sakandary dalam Taajul ‘Aruus)

Kesuksesan dan kebahagiaan merupakan dambaan setiap orang, tak terkecuali bagi mereka yang tidak pernah mengenyam dunia pendidikan formal sekalipun. Namun setiap orang pasti mempunyai persepsi berbeda mengenai sebuah kesuksesan. Salah seorang motivator kenamaan pernah mengatakan bahwa sukses yaitu tercapainya suatu tujuan serta kepuasan batin baik itu berupa materi, popularitas, spiritual maupun lainnya.

Sebagai seorang santri kita harus pandai-pandai memilih sebuah persepsi mengenai kesuksesan tersebut, karena itu akan sangat menentukan langkah berikutnya. Sebagai contoh seekor serangga pemakan kotoran akan merasa puas jika mereka mendapatkan timbunan kotoran, sekalipun anda tukar dengan sepotong roti mereka tidak akan pernah mau. Namun sebaliknya seekor lebah madu akan merasa puas atau bisa dikatakan sukses apabila mereka mampu mengumpulkan madu yang sebanyak-banyaknya, mereka tidak akan pernah hinggap pada sembarang tempat. Sebenarnya mereka mempunyai kepuasan dan persepsi yang sama dalam menilai sebuah kesuksesan, namun berbeda dalam obyek yang mereka raih. Seorang santri harus memiliki kecerdasan sebagaimana yang dimiliki oleh seekor lebah, ini berarti jangan sampai kita seorang santri harus mengorbankan ideologi seorang santri serta mengubah haluan dalam mengapai tujuan dengan cara-cara yang tidak di benarkan dalam islam atau bahkan menjadi seorang figur yang jauh dari ajaran islam. Seorang santri harus punya standar sukses sendiri, Jangan mengunakan standar kebahagian orang lain untuk standar kebahagiaan kita! kita mampu menjadi menjadi lebah madu, mengapa harus menjadi serangga pemakan kotoran?
Dalam islam banyak ajaran atau konsep yang sangat menunjang keberhasilan seseorang, diantaranya adalah:

1. Aktif Dan Kreatif
Ditengah-tengah booming sebuah formalitas dan legalitas, santri seakan-akan dibatasi ruang geraknya. Sebenarnya itu bukanlah sebuah ancaman yang serius jika seorang santri mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki. Kami yakin dengan bekal ilmu yang dimilikinya seorang santri mempunyai skill yang kuat dan siap terjun di segala suasana. Lembaga pendidikan formal ibarat sebuah kamp pelatihan, ketika santri sudah terjun ke masyarakat, maka ia baru merasakan medan tempur yang sesungguhnya. Mampukah ia membawa masyarakat sesuai harapannya atau justru malah hanyut terbawa arus, disinilah tugas berat seorang santri. Seperti kita ketahui bahwa sukses dibidang Akademik belum tentu sebuah jaminan kesuksesan dimasyarakat secara mutlak. Kecerdasan berfikir atau yang sering disebut Intelligence Quotient (IQ) harus ditunjang dengan Emotional dan Spiritual Quotient (ESQ) yaitu kecerdasan bersikap secara pribadi maupun sosial serta kecerdasan spiritual.

Menurut data penelitian menunjukkan bahwa setidaknya sekitar 75% kesuksesan manusia lebih di tentukan oleh kecerdasan emosionalnya. Dan hanya 4% yang ditentukan oleh IQnya. Gay Hendrick, PhD dan Kate Ludeman, PhD, (keduanya seorang konsultan manajemen senior) mengatakan : "Hasil interview kami menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan adalah orang-orang yang memiliki integritas, tebuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki spiritualitas yang nondogmatis, selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Para pemimpin yang sukses lebih mengamalkan nilai-nilai ruhaniah (sufistik) dari pada orang lain."

Rosulullah SAW sendiri pernah bersabda : "Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi sesamanya"(H.R. Jabir). Disini tampak jelas bahwa kita dituntut untuk menjadi orang yang kuat, sehat, luas dan bermanfaat. Disatu sisi kita juga diajarkan Rosulullah sebuah kesederhanaan, sekilas ini nampak kontradiksi, namun sebatas pemahaman kami anjuran kesederhanaan itu ditujukan dalam bentuk sikap hati kita.

Yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah santri harus akomadatif dan informatif terhadap masyarakat. Santri harus mampu membaca kebutuhan masyarakat dan menjadi pribadi yang siap menawarkan bantuan maupun solusi bagi yang membutuhkannya. Ditengah-tengah arus globalisasi yang kian tak terbendung, seorang santri juga dituntut mampu memberikan sebuah informasi yang sehat dan positif (ilmunya) terhadap masyarakat, mengingat bahwa media massa sekarang mampu mencuci otak sekian banyak orang.

2. Berinvestasi
Istilah investasi kami yakin sudah tidak asing lagi bagi telinga kita. Sebenarnya jauh sebelum para investor bisnis sedang marak berlomba-lomba memperbesar kekayaan mereka dengan cara berinvestasi, ternyata agama islam telah sekian lama menganjurkan umatnya supaya berinvestasi. Lihatlah firman Allah dalam surat Fushshilat ayat 46: “Barangsiapa yang mengerjakan amal yang soleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.” Dan surat an-Najm ayat 39-40 "dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan kepadanya". Memang pada kenyataannya keberhasilan seseorang didunia ini ternyata sarat dengan sebuah investasi, bisa saja itu investasi pribadi maupun orang tua.

Investasi ini berlaku tidak hanya untuk didunia saja, akan tetapi lebih jauh lagi yaitu di akhirat nanti. Dalam islam kita mengenal bermacam-macam investasi. Diantara yang dapat di petik lansung hasilnya didunia ini adalah shodaqoh, do’a, sholawat dll. Berdo’a ibarat orang yang menanam pohon, biasanya sebuah pohon dapat berbuah dalam jangka waktu tertentu. Terkadang orang yang menanam pohon tadi bisa merasakan hasil tanamannya. namun tidak sedikit pula yang belum sempat merasakan hasilnya dan sudah meninggal dunia, maka hasilnya akan dirasakan anak cucunya. Jika ingin berhasil mulailah berinvestasi sekarang juga!
Belajar merupakan sebuah investasi yang paling tepat dalam usia muda. Ilmu adalah sebaik-baik harta yang di milikinya. Mengapa demikian? Mungkin salah satu alasannya adalah bahwa nilai sebuah ilmu tidak akan berkurang dan termakan oleh waktu atau bahkan akan bertambah nilai harganya. Berbeda dengan uang karena kurs mata uang tidah pernah stabil dan nilainya akan berkurang setiap tahun.

3. Menyadari pentingnya waktu
Dalam sebuah kesempatan Rosulullah SAW pernah berpesan sebagaimana yang diriwayatkan oleh shohabat Ibnu Abbas R.A mengenai pentingnya 5 buah kesempatan yang diberikan Allah SWT. Kesempatan itu adalah masa hidup sebelum ajal datang menjemput kita, waktu sehat sebelum sakit menghampiri kita, waktu luang sebelum kesibukan menguasai kita, waktu muda sebelum hilang ditelan masa tua, masa kaya sebelum sirna oleh masa kekurangan. Hadits tersebut adalah sebuah pesan yang sangat berharga bagi setiap insan muslim. Orang yang sukses adalah orang yang perubahan kebaikan dalam dirinya lebih besar dan lebih cepat dari lingkungan sekitar dan begitu juga sebaliknya.

Dari imam Turmudzi dari shohabat Abu Hurairoh RA Rosulullah SAW bersabda: “diantara tanda baiknya (sempurnanya) islam seseorang yaitu apabila ia dapat meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.” Mario teguh, seorang motivator muslim yang tidak pernah menyebutkan jati diri keislamannya itu pernah mengatakan: “Hargamu adalah sebanding dengan bagaimana anda menghargai waktu. Orang yang sukses belum mau beristirahat walaupun sebenarnya ia berhak untuk itu. Sebaliknya orang yang gagal akan beristirahat walaupun sebenarya ia belum capai.”

4. Metode Syukur (Positif Thinking)
Syukur adalah rasa damai yang meliputi seluruh isi hati yang diikuti oleh sikap tunduk bagi sang pencipta. Dengan cara bersyukur kita bisa menyadari kelebihan yang di anugerahkan Allah pada kita, dengan cara itu pula kita mampu mengoptimalkan kelebihan tersebut ke hal-hal yang bersifat positif. Kita sering mendengar seseorang yang dengan keterbasan fisik ternyata mereka mampu mengukir prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini disebabkan karena mereka mampu menyukuri nikmat Allah yang “masih tersisa”, selanjutnya mereka mengoptimalkan nikmat tersebut dan tidak larut dalam meratapi nasib. Berfikir positif dalam keadaan labil memang sangat sulit, akan tetapi bukankah rosulullah SAW pernah bersabda dalam sebuah hadits Qudsi “aku (Allah) tergantung pada prasangka hambaku terhadap aku…”
Mungkin sebagian diantara kita ada yang mempunyai persepsi bahwa bersyukur itu hanya pantaslah bagi mereka yang telah banyak memperoleh anugerah. Mungkin angapan itu akan berubah, andai kata saja kita semua adalah seorang karyawan yang dituntut bekerja dengan cara beribadah. Selanjutnya Allah akan mengaji dengan seluruh kenikmatan di dunia ini, sudah barang tentu sang juragan akan rugi. Bagaimana tidak kalau sebenarnya kerjaan kita tidak terlalu bagus, akan tetapi kita menuntut gajian yang terlampau tinggi. Seluruh isi alam di sediakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kita tidak akan pernah mampu menghitungnya apalagi mensyukurinya satu persatu. Maka sebenarnya tidak pantaslah kalau kita menuntut gajian diakhirat nanti, karena amal ibadah kita tidak akan pernah sangup untuk membayar kenikmatan Allah SWT walaupun hanya didunia ini saja. Maka benarlah sabda Rosulullah bahwa masuk surga bukanlah disebabkan oleh amal seseorang akan tetapi karena murni rahmat dari Allah SWT, hanya saja rahmat itu dekat bagi mereka yang berbuat kebaikan. "….Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik."(al-'Arof 56)

5. Metode Sabar
Sabar bukan berarti sebuah ekspresi fatal dari sebuah kegagalan (fatalisme) atau simbol dari ketidak berdayaan, namun sebaliknya sabar merupakan sebuah kekuatan. Sabar biasanya banyak dimiliki oleh mereka yang berjiwa besar dan bermental juara. Ada sebuah kisah unik, pada suatu hari terdapat seorang pemuda sedang duduk mengamati lubang kecil yang timbul dari sebuah kepompong. Rupanya didalamnya terdapat anak kupu-kupu yang sedang berjuang untuk keluar dari lilitan kepompongnya. Sudah berjam-jam anak kupu-kupu tadi berusaha keluar, namun tidak ada hasil yang berarti. Setelah sekian lama pemuda tadi menunggu, akhirnya ia memutuskan untuk mengambil gunting dan melepaskan kupu-kupu tadi dari lilitan kepompongnya. Rupanya sang pemuda tidak sabar melihat perjuangan anak kupu-kupu yang sudah sekian lama itu berjuang melawan kesulitan. Dengan kondisi tubuh yang masih lemah dengan sayap yang kecil dan mengkerut, akhirnya si kupu tadi dapat keluar dengan mudah. Namun selang beberapa waktu, ternyata si kupu tetap tidak mampu terbang. Tubuhnya masih tetap lemah dengan sayapnya yang kecil dan mengkerut. ia harus menjalani kondisi seperti itu pada sisa hidupnya.

Kisah diatas mengambarkan bahwa sebuah problematika kehidupan adalah cara Allah SWT mendidik kita agar bersabar serta mencari solusi yang benar. Sebuah cobaan adalah anak tangga untuk mendaki pada sebuah tingkatan yang lebih tinggi. Semua itu adalah sebuah proses pendewasaan diri, Seiring dengan berjalannya waktu akan tampak jelas mana manusia yang berilmu dan mana manusia yang dungu, mana manusia yang beradab dan mana manusia yang biadab. Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”(al-‘Ankabut 2-3)
Perjuangan mutlak dibutuhkan dalam hidup ini, apabila kita dibiarkan Allah tanpa suatu hambatan, maka itu hanya akan membuat kita lemah dan tidak akan pernah sukses. Disini kesabaran berperan penting dalam menentukan sebuah keberhasilan.

7. Berkorban

Biasanya pada usia remaja sering kali diartikan sebagai masa untuk menikmati hidup. Memang tidak ada salahnya apabila kita mencari suasana baru sekedar sebagai hiburan, namun hal itu tidak perlu berlebihan mengingat bahwa kita punya tujuan dalam hidup ini. Jangan pernah mengharap sebuah keberhasilan tanpa disertai sebuah pengorbanan, setidaknya pengorbanan waktu. Banyak seorang pelajar, atlit maupun lainya yang mampu mengukir prestasi gemilang berkat ketekunan dan pengorbanan mereka. di saat teman-temannya asik berlibur, mereka harus sibuk dengan belajar dan berlatih. Pantaslah mereka dibayar dengan sebuah kesuksesan.
Pada usia remaja sebagian dari mereka dibekali beberapa kelebihan, misalkan ada orang yang dibekali kebihan dalam bidang matematika sekaligus menonjol dibidang olah raga. Walaupun dengan berat hati salah satu kelebihan tersebut harus di korbankan. Karena pada faktanya kita belum pernah mendapatkan seorang yang sukses dibidang keilmuan dan olahraga sekaligus.

8. Program masa depan
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Hasyr 18). Hidup seseorang akan lebih terarah jika mempunyai program masa depan yang jelas, dengan demikian kita tidak mudah menghambur-hamburkan waktu ataupun sesuatu kedalam hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Sikap yang demikian itu juga pernah di praktekkan oleh Yusuf S.A, beliau berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan".
Hal yang sama pernah kami rasakan, bahwa sebuah cita-cita memang dapat memberi energi sangat kuat. Walaupun akhirnya kami tidak dapat mencapai sesuai yang kami cita-citakan, akan tetapi dalam sebuah perjalanan mengapai cita-cita itu kami mendapat pelajaran yang sangat berharga dan tidak pernah menyesal walaupun telah gagal, karena yakin bahwa inilah yang terbaik buat kami.

10. Love Quotient
Setelah lama kita mengenal bermacam-macam kecerdasan manusia, akhirnya ditemukan pula kecerdasaan yang timbul dari sebuah perasaan cinta disebut Love Quotient. Pada intinya kecerdasan ini ditimbulkan oleh sebuah perasaan cinta sehingga mendorong dia untuk melakukan sesuatu. Dalam sebuah hadits Rosulullah SAW bersabda: "Ada 3 perkara yang apabila seseorang memilikinya maka ia telah dapat merasakan manisnya iman, yaitu apabila ia mampu mencintai Allah dan Rosulnya melebihi cintanya kepada siapapun…". Hadits tersebut bukannya tidak memberikan kesempatan kepada kita untuk mencintai segala sesuatu didunia ini, akan tetapi itu mengisyaratkan bahwa "…ikutilah cinta sesuatu itu dengan cinta kepada Allah".

Rosulullah SAW adalah seorang pribadi yang diliputi oleh perasaan cinta pada Allah dan umatnya. Energi inilah yang mendorongnya untuk melakukan suatu kebaikan dan kemaslahatan bagi dunia. Salah satu contoh lagi adalah seorang ibu yang mampu membesarkan bayinya dengan penuh kasih sayang. seandainya Allah tidak menaruh perasaan cinta dan kasih sayang pada sang ibu, mustahil buah hatinya akan tumbuh besar.
Demikianlah prinsip-prinsip islam yang telah diajarkan pada kita. Semoga dapat menjadi motivasi demi menyongsong hari esok yang lebih baik.
Referensi :
Al-Qur'anul Karim
Al-Jami'us Shoghir Min Ahidits al-Basyir An-Nadzir

Wawancara Khusus dengan KH. Mc. Ulil Albab Arwani


SANTRI
Menurut bapak apa definisi santri?
Sebelum membahas definisi, saya ingin menerangkan asal mula kata “ santri” kita tinjau dari Linguistik. Ada beberapa pendapat yang diantaranya :
a. Menurut C.C Berg “santri” berasal dari kata shastri, dari bahasa India yang berarti orang yang tahu buku-buku suci Agama Hindu.
b. Menurut Nurcholish Madjid ada dua pendapat. Pertama, “santri” berasal dari kata sastri, dari bahasa Sansekerta yang artinya melek huruf. Kedua, santri berasal dari bahasa Jawa dari kata cantrik, berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru itu pergi menetap.
c. Menurut Zamakhsyari Dhofier “santri” berasal dari bahasa India yang berarti orang yang tahu buku-buku suci agama, atau secara umum dapat diartikan buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.

Kata santri ini adalah sangat konteks dengan kata pesantren. Sebab “pesantren” secara etimologi berasal dari kata santri, yang berawalan “pe” dan berakhiran “an” menjadi ”pesantrian” dan berubah menjadi pesantren, yang berarti tempat santri.
Secara terminologis dapat didefiniskan bahwa santri adalah seseorang yang menetap dan mengikuti pendidikan di pesantren untuk memperdalam ilmu-ilmu agama.

Apakah siswa yang tidak mondok bisa dikatakan santri?
Menurut saya definisi santri yang asli adalah sebagaimana yang saya sebut di atas. Kemudian para murid yang ikut mengaji di pesantren dan tidak menetap itu dianalogikan dengan santri tersebut. Sehingga muncul istilah santri mukim, yaitu para santri yang tinggal dan menetap di pesantren, dan santri kalong yaitu para santri yang tidak tinggal dan menetap di pesantren. Bahkan sekarang orang cederung mengatakan bahwa orang yang belajar dan faham mengenai ajaran agama disebut santri juga, walau tidak belajar di pesantren.

Adakah perbedaan atau tidak antara santri yang mondok dengan santri yang tidak mondok? Kalau ada, apa perbedaannya?
Secara generik ada perbedaan, santri mukim mestinya akan lebih konsentrasi dan mengfungsikan waktunya untuk selalu mendalami ilmu-ilmu agama. Kalau santri kalong tentunya akan kurang fokus dan akan terkena kontaminasi milieu. Tapi tidak menutup kemungkinan santri kalong akan melebihi santri mukim

Sosok seorang santri selalu menjadi sorotan publik, terutama berhubungan dengan keagamaan, apa tanggapan bapak?
Menurut saya sudah sepantasnya, karena santri adalah orang yang mendalami ilmu-ilmu agama.

Dominasi budaya barat sangat berpengaruh terutama pada santri, apakah mungkin budaya santri yang notabenenya religius, akan terganti?
Ya mungkin saja, sebab milieu, kondisi dan situasi sangat dominan bagi manusia, termasuk santri. Kalau hatinya tidak tangguh sangat bisa tergoda. Apalagi setan-setan zaman modern sekarang ini tidak mau ketinggalan dalam mengadakan simposium dan workshop tentang cara menggoda manusia. Sehingga tak jarang santri bahkan kyai atau ibu nyai bisa terpengaruh rayuan dan godaan syetan. Mereka tidak terasa kalau mereka sudah masuk dalam godaan syetan bahkan mereka senang atau bangga.
Santri itu masih labil terutama dalam bergaul, masih terguncang dengan situasi. Bagaimana antisipasi agar santri tidak terjerumus ke hal-hal negatif?
Jadi santri harus waspada, apalagi dia menjadi figur masyarakat. Harus selalu waspada dan ingat pada ajaran-ajaran islam yang telah dipelajari. Kalau akan melaksanakan sesuatu harus distandarkan dengan agama, jangan sampai mengekor pada hawa nafsunya. Harus konsen dalam memilih sahabat dan milieu serta selalu masih menjalin hubungan dengan sesepuh yang bisa menjadi panutan.
Kalau memang budaya santri mengalami perubahan, apakah sistem belajar atau kelembagaannya harus ada perubahan juga?
Boleh saja sistem atau kelembagaan berubah yang lebih baik, asal jangan mengurangi esensi ajaran agama. Bahkan santri jangan sampai gagap teknologi, terutama yang bisa menunjang kesuksesan tujuan dan cita-cita.
Perubahan semacam apakah itu?
Bisa juga perubahan berupa sistem serta sarana dan prasarana.
Dengan berkembang pesatnya kemajuan IPTEK, bagaimana cara santri menyeimbangkan antara teknologi dengan akhlaqul karimah?
IPTEK bagaikan peralatan yang bisa untuk kebaikan juga bisa untuk sebaliknya. Maka tunggal yang menggunakan. Sebagaimana pisau bisa untuk membantu kita untuk kebaikan seperti mengupas buah, memotong sayuran dan lain sebagainya. Juga bisa untuk kejahatan seperti menikam orang. Seperti Internet, kita bisa memanfaatkannya untuk menambah ilmu-ilmu agama atau ilmu pengetahuan yang banyak sekali. Atau dimanfaatkan untuk kejelekan atau kejahatan. Maka kita harus waspada.

Jadi apa visi misi santri sekarang?
Menurut saya visi dan misi santri adalah :
Visi: menjadi insan kamil yang bertafaqquh fiddin serta berakhlaqul karimah
Misi: mengimplementasiakan dan mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama pada dirinya dan pada masyarakat pada umumnya.

Menurut bapak, bagaimana santri yang idealis di jaman sekarang?
Santri yang idealis adalah santri yang betul-betul tafaqquh fiddin dan bisa mengaplikasikan dalam tingkah lakunya sehari-hari serta tidak ketinggalan dengan pengetahuan umum dan sains modern.

Apa pesan untuk santri-santri Madrasah TBS?
Pesan saya untuk santri-santri Madrasah TBS :
2. Harus bercita-cita luhur jangan sampai mundur
3. Semangat dan rajin belajar dan jangan putus-putus sebelum mati dengan harapan supaya jadi santri aktif, kreatif, efektif, inovatif dan produktif
4. Jangan mudah ”kepencut” dan jangan ”gumunan” dan semuanya ukurlah dengan neraca agama.
5. Harus selalu berakhlaqul karimah
6. Pegang teguh ajaran-ajaran yang telah diajarkan oleh ustadz-ustadz kalian terutma mengenai aqidah ahlussunnah wal jama’ah.

Wawancara dengan KH. Mc. Ulil Albab Arwani

Santri Dalam Era Globalisasi

Di era yang semakin global dan modern ini, teknologi telah berkembang pesat. Kecanggihan teknologi yang berasal dari dunia Barat seakan mulai melekat di masyarakat kita. Perkembangan teknologi yang kian pesat ini di butuhkan filter, khususnya para santri dalam mengikuti dan meniru gaya hidup serta budaya Barat.

Dalam menghadapi modernisasi ini diperlukan adanya nilai moral dan keimanan. Sebab, agama adalah salah satu kebudayaan yang berlaku secara universal. Agama tidak membedakan status para pemeluknya. Setiap orang diwajibkan untuk menjalankan semua hal yang diperintahkan oleh agama dan menjauhi segenap larangannya tanpa terkecuali. Agama tidak mengajarkan kejahatan kepada pemeluknya.

Namun, manusia kini mulai meninggalkan ajaran-ajaran agama, seperti terlalu sibuk menekuni dunia teknologi sehingga ibadahnya terbengkalai. Teknologi telah membutakan mata manusia. Dengan teknologi mereka merasa bisa menciptakan dan melakukan hal-hal yang dulunya mustahil, mendapatkan apa yang mereka inginkan serta menciptakan dunia yang mereka sebut ‘surga’.

Agama dan Teknologi
Tak bisa dipungkiri, teknologi telah menimbulkan revolusi kehidupan manusia. Memang teknologi adalah bagan dari kebudayaan yang dihasilkan manusia, tetapi dalam perkembangan selanjutnya teknologi mempengaruhi manusia. “Ada hubungan timbal balik antara manusia dan teknologi yang telah dihasilkannya” ujar Bapak Mahmud Arif.

Dengan teknologi manusia bisa mengatasi keterbatasan dirinya, bahkan mengubah dunia. Menurut Dr. Mahmud Arif yang juga seorang dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, “Ini adalah dampak revolusioner kemajuan teknologi, mengingat begitu banyak sesuatu yang dulu tidak mungkin menjadi mungkin, sesuatu yang dulu tak terpikirkan menjadi terpikirkan, sesuatu yang dulu sulit menjadi mudah, sesuatu yang dulu tidak dibutuhkan menjadi dibutuhkan,” contoh kecil, dulu manusia tidak bisa terbang karena tidak bersayap. Akan tetapi, berkat kecanggihan teknologi kedirgantaraan manusiapun bisa ‘mengangkasa’ laksana burung. Dulu terbang adalah sesuatu yang tak terpikirkan oleh manusia, namun sekarang menjadi sebuah kenyataan.

Dunia Islam pernah menjadi sumber teknologi. Pengetahuan dan filsafat yang berkembang di Yunani kala itu cenderung spekulatif dan metafisis. Kemudian setelah diwarisi dan dikembangkan oleh para ilmuwan dan filsuf muslim, kecenderungan tersebut diubah menjadi bernuansa empiris, sehingga mampu menghasilkan beragam sains dan teknologi, seperti dalam bidang astronomi, kedokteran, kimia, dan kelautan. “Berdasarkan pengalaman sejarah ini, semestinya kita tidak lagi gamang atau malu-malu kucing terhadap penguasaan teknologi. Penguasaan teknologi adalah pilar kejayaan Islam di masa lalu, bahkan penguasaan teknologi adalah pilar kejayaan bangsa dimanapun dan kapanpun.” ungkap Pengurus LP Ma'arif PWNU DIY.

Di sisi lain Bapak H. M. Ulin Nuha, MA (Pengajar MA NU TBS). berpendapat bahwa keberadaan teknologi tidak akan mengurangi potensi santri, tetapi justru menambahnya. “Dulu santri mengadakan suatu bahtsul masa’il (diskusi yang berhubungan dengan ilmu agama) masih mengalami kesulitan karena kitab-kitab yang ada dulu masih manual dengan membaca dari satu halaman ke halaman lain diperlukan waktu yang cukup lama dalam pencarian dalil atas pemecahan masalah. Namun, karena adanya kemajuan teknologi santri cukup mengakses ke komputer dan membuka maktabah syamilah (Software yang berisi ratusan kitab di dalamnya). Maka dengan adanya kemajuan teknologi tersebut santri bisa mempelajari beberapa kitab dalam waktu yang sangat singkat, cepat dan akurat. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan teknologi justru akan menambah potensi santri khususnya tentang ilmu pengetahuan agama.” jelasnya.

Teknologi memang sangat penting dalam kehidupan, namun tidak semuanya cocok bagi santri. Saat ini teknologi yang cocok dan wajib dikuasai adalah teknologi informatika. Mungkin lima atau sepuluh tahun yang lalu tidak ada istilah internet, namun saat ini santri sudah tidak dapat menghindar lagi, karena internet sekarang sudah menjadi kebutuhan bahkan Ilmu-ilmu agama bisa diperdalam melalui internet. Internet bisa diibaratkan sebagai fasilitas seperti kendaraan sepeda motor ataupun mobil. Mobil bisa digunakan untuk mencuri namun juga bisa untuk pergi melaksanakan ibadah. Semua tergantung pada penggunanya. Begitu juga, teknologi yang saat ini tidak bisa dibendung lagi dan ini harus bisa dikuasai santri.

Dampak Teknologi
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi selalu menimbulkan dampak positif dan negatif bagi manusia khususnya para santri, baik yang sudah menguasai teknologi maupun yang belum. Adapun dampak positif menguasai teknologi adalah santri menjadi lebih siap dan tidak gagap ketika mereka nantinya terjun di masyarakat dan menjadi lebih percaya diri daripada santri yang belum menguasainya. Wawasan keilmuan yang dimilikinyapun jauh lebih luas.
Dampak negatif dari penguasaan teknologi bagi santri antara lain penyimpangan norma-norma agama. Mereka akan lebih mudah terpengaruh oleh tipu muslihat orang-orang ‘tak bernorma’ seperti film porno, kata-kata kasar, berjudi, serta hal-hal lain yang dilarang oleh agama. Jika tidak dibekali oleh iman yang kuat, niscaya lama-kelamaan mereka akan terpenuhi oleh sifat-sifat buruk tanpa disadarinya.

Begitu juga pendapat KH. Syafiq Nashan, keuntungan santri dalam penguasaan teknologi sangat positif bagi kemajuan bangsa. Ketua MUI Kudus ini juga menambahi “dengan teknologi USA sampai bisa diangaap sah menyerang Irak. Informasi dari USA yang menganggap irak mempunyai senjata pemusnah massal, yang kemudian USA dianggap benar dan akhirnya menginvasi Irak.”, semua itu dilakukan dengan info-info yang didasari teknologi-teknologi cangih.

Begitu pula santri akan mantap untuk berdakwah jika disertai sesuatu yang menarik, interaktif dan di percaya. Misalnya santri dapat menyampaikan dakwah melalui Facebook dengan tayangan yang simple dan interaktif serta menarik bagi semua kalangan sehingga banyak orang yang tertarik. Orang akan lebih terpengaruh oleh hal seperti itu, begitu juga dalam hal perfilman, santri yang cakap teknologi akan membuat film sebagai media dakwah dengan tema-tema yang Islami dan pastinya dapat di jadikan teladan yang baik, maka hal itu akan lebih berdampak positif. Karena itulah dampak positif masih tetap ada bagi santri yang menguasai teknologi.

Teknologi adalah sebuah sarana sebagaimana harta, jika berada di tangan orang yang sholeh maka akan dimanfaatkan untuk kebaikan, begitu pula sebaliknya teknologi bisa menjadi senjata. Santri yang tidak menguasai teknologi akan semakin tertinggal oleh lajunya situasi yang semakin menuntut penguasaan teknologi terutama Informatika. Berbeda dengan yang menguasai teknologi informasi mereka bisa melihat jaringan-jaringan yang ada sehingga wawasannya lebih luas. Oleh karena itu, santri harus bisa menguasai teknologi kalau tidak ingin menjadi orang yang ditinggalkan.

Sekarang ini manusia hidup di era informasi, suatu era dimana “penguasa” informasi adalah kunci untuk bisa mengambil manfaat sebesar mungkin dari kompetisi dalam hidup. Penguasaan informasi antara lain menuntut dimilikinya kemampuan mengakses, mengolah, memanfaatkan, dan menyebarluaskan informasi yang digunakan untuk beragam kepentingan secara cepat dan tepat. Di sinilah, pengetahuan dan softskills memegang peranan penting untuk membekali kesiapan diri kita dalam memasuki kancah kompetisi di era kompetisi tersebut.

Salah satu ciri kehidupan di era informasi adalah desakan Information Communicatrion Technologi (ICT) terhadap “ruang” dan “waktu”. Bagi aktifitas manusia, adalah menciptakan ruang dan waktu tanpa batas, sehingga jagat kehidupan manusia menjadi terasa menyempit dan sekaligus meluas, dengan aneka suguhan informasi, seperti pengetahuan, hiburan, gosip, dan pendidikan. Itulah suatu realitas baru yang senantiasa menghampiri langkah kita, mempengaruhi kesadaran, dan menghadirkan begitu banyak peluang dan tantangan baru. Pendek kata, sangatlah tidak mungkin jika kita ingin survive di era informasi dengan kemajuan dan kecanggihan ICT-nya ini namun kita masih mencukupkan diri hanya dengan teknologi “zaman onthel”.

Satu hal yang tak terbantahkan bahwa santri adalah “manusia”, yang memiliki dunia yang sama dengan manusia lainnya, karena hidupnya juga di bumi, kendati sebagian keinginan, kebutuhan, dan harapannya mungkin berbeda dengan manusia lainnya. Santri hanyalah sebuah atribut bukan sebuah “spesies” bagi orang yang memiliki kesadaran keagamaan tinggi. Suka atau tidak, mereka akan bersaing dengan manusia-manusia lainnya untuk menggapai asa dan citanya kini dan masa depan. Syarat untuk memenangkan persaingan, tentu tidak cukup dengan do’a semata, melainkan juga dengan ikhtiar.

Kesediaan santri membekali diri dengan penguasaan teknologi, baik dalam artian kesanggupan menciptakan ataupun memanfaatkannya, merupakan wujud kesungguhan ikhtiar tersebut. Sebab, di era sekarang penguasaan teknologi ibarat ilmu alat yang diperlukannya untuk mempertegas jati diri kesantrian di tengah kian ketatnya persaingan. Melalui penguasaan teknologi informasi, terbuka kesempatan untuk memperluas horison pengetahuan, memperluas jangkauan kiprah, dan meningkatkan daya saingnya, dengan catatan selama gaspok (tugas pokok) sebagai santri tidak terabaikan. Ironis, jika menguasai teknologi, tetapi tidak bisa ngaji, atau sebaliknya, pintar ngaji, tetapi gaptek (gagap teknologi).

Wawasan Baru
Dengan demikian, sudah saatnya ditumbuhkan cara pandang komplementer terhadap penguasaan teknologi dan gaspok santri, bukan dikotomisasi. Memang teknologi adalah produk penerapan ilmu pengetahuan (sains) yang terkadang tidak lagi sepenuhnya netral. Dalam kaitan ini, penyigapan santri terhadap teknologi dituntut kritis-selektif sehingga mampu memilah dan memilih teknologi manakah yang benar-benar bermanfaat dan yang tidak. Sebab, teknologi bisa menjadi alat, tetapi juga bisa memperalat kita, bergantung pada bagaimana kita menyikapinya.

Jadi, untuk menghindari dampak negatif dari penguasaan teknologi, tentunya kita harus memperdalam ilmu agama dan keimanan sebagai pokok utama, sedangkan teknologi sebagai penunjang saja. Ilmu-ilmu yang di pelajari dalam sekolah khususnya ilmu yang berhubungan dengan syariat islam jangan sampai ditinggalkan karna ilmu syariat sebagai pondasi. Kalau sudah mempunyai pondasi yang kuat maka kita takkan terpengaruh dengan hal-hal yang berbau kenegatifan. Supaya dapat terhindar dari hal-hal negatif maka kita harus memfilter diri kita sendiri, mengingatkan dengan dasar-dasar ilmu-ilmu yang kita pelajari di sekolah.

Apabila belum menguasai teknologi dan agar tidak semakin tertinggal tentunya, “Santri harus membuka diri dan mau belajar tentang teknologi tersebut hingga dapat menguasainya, secara otomatis dampak negatif akan hilang itu salah satu caranya, dan di perlukan pembelajaran khusus baik secara langsung ataupun tidak langsung termasuk fasilitas.

Jadi dalam Penguasaan Teknologi harus disertai dengan ketaqwaan. karna akan menjadikan teknologi bermanfaat, menjadi teknologi yang akan mengibarkan agama dan nantinya akan muncul teknologi-teknologi yang sesuai dengan syari’at agama Islam. Seperti tayangan TV dan program-programnya yang menunjang kepada ketakwaan kepada Allah. Akses-akses, rambu-rambu, dan tujuan bahwa teknologi yang digunakan akan membawa dampak positif sehingga kejayaan santri yang berteknologi itu akan menjulang tinggi, yang kemudian pada akhirnnya santri akan jaya dan diperhitungkan masyarakat dunia.

Itu semua dapat tercapai bergantung kesanggupan kita dan kesediaan memulai mengedepankan akhlak dan teknologi yang baik. Sehingga menjadi santri yang berteknologi bisa dimulai dari sekarang. Kalau sekarang mereka sadar akan teknologi maka sepuluh tahun kemudian, Insya'allah akan mengibarkan santri ditengah-tengah masyarakat.

Narasumber :
Mahmud Arif (Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
KH:Syafik Naschan (Ketua MUI Kudus)
Bapak Ulin Nuha (Pengajar MA NU TBS)

SAMBUTAN PIMPINAN CABANG LP MA'ARIF NU KUDUS

Assalamualaikum warohmatullah,
الحمد لله الذى علم الإنسان بالقلم، علم الإنسان ما لم يعلم. والصلاة والسلام على سيدنا محمد سيد العرب والعجم وعلى آله وصحبه أجمعين. أما بعد.

Dengan mengucap syukur alhamdulillah saya menyambut penerbitan Majalah Ath-Thullab edisi XIII tahun 2009. Majalah Ath-Thullab diterbitkan sebagai media kenangan yang sekaligus sebagai media informasi, sebagai media pembelajaran dan sebagai media komunikasi untuk semua warga Madrasah NU TBS Kudus.

Sebagai media kenangan karena majalah ini terbit hanya setahun sekali untuk mengenang elit para pengurus Persatuan Pelajar maupun mengenang masa-masa yang paling indah di Madrasah NU TBS. Sebagai media informasi karena di majalah tahunan Madrasah NU TBS ini banyak hal yang dapat kita jumpai guna mencari tahu tentang Madrasah TBS, tentang kegiatan siswa MA TBS, tentang guru atau tokoh-tokoh TBS dan sebagainya. Sebagai media pembelajaran karena majalah tahunan ini memuat tulisan para tokoh agama, khususnya Ulama di Madrasah NU TBS dan umumnya di kota Kudus. Sebagai media komunikasi karena dapat saling berhubungan dengan menulis dan membuka forum komunikasi di majalah ini.

Barangkali masih dapat dikemukakan beberapa fungsi atau peran majalah Ath-Thullab ini. Semua fungsi atau peran itu baru terwujud manakala majalah ini dibaca. Dan saya percaya bahwa para siswa Madrasah NU TBS atau lebih tepatnya para santri Madrasah NU TBS Kudus adalah orang-orang yang suka membaca. Bukankah sudah dipesankan sejak Qur’an diturunkan, “Bacalah, Bacalah, Bacalah!”

Majalah Ath-Thullab kali ini pasti tampil Iebih memukau, mengingat penyelenggara penerbitan majalah ini adalah para santri yang kreatif. Dan ini diperlukan untuk menarik minat baca. Bukankah kesan pertama harus meyakinkan dan selanjutnya terserah anda?
Majalah Ath-Thullab harus mampu menjadi majalah yang dibutuhkan oleh para santri Madrasah NU TBS, bukan majalah yang asal diletakkan di sembarang tempat karena tidak menarik untuk dibaca.

Saya berharap majalah Ath-Thullab menjadi salah satu majalah tahunan yang dapat menjadi ikon dari banyak majalah serupa yang diterbitkan oleh siswa-siswa Madrasah NU di lingkungan Lembaga Pendidikan Ma’arif Kudus.
Selamat dan sukses selalu menyertai semua redaksi Ath-Thullab. Semoga Allah selalu memberkahi semua insan pengampunya. Amin.

والله الموفق إلى أقوم الطريق
Wassalamualaikum warohmatullah.

Pimpinan Cabang Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Kudus.
H. Fauzie HA
Ketua

SAMBUTAN PENGURUS MADRASAH TBS KUDUS



السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي اختص من مخلوقاته الإنسان. ورفع عنه بكرمه الخطأ والنسيان. وأشهد ان لااله الا الله القديم المحمود بكل لسان. واشهد ان سيدنا ومولانا محمدا عبده ورسوله المؤيد معجزات القرآن صلى الله عليه وعلى اله واصحابه وذريته ذوى الولاية والإحسان. (اما بعد)

Kami selaku Pengurus Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus, mengucapkan selamat atas terbitnya majallah "ATH-THULLAB" yang menginjak edisi ke-XIII ini, mudah-mudahan selalu mendapat ridho dan barokah-Nya, Amin.

Jangan hanya isi dari majalah ini kita jadikan wacana dan sekedar ajang tampang muka saja, tapi hendaklah kita amalkan dari apa yang kita anggap perlu meniru dan mencontoh perilaku yang terpuji dalam isi majalah ini.

Tujuan didirikan Madrasah kita (Tasywiquth Thullab Salafiyyah) adalah untuk mencapai visi, misi serta memperbanyak fan ilmu, terutama fan ilmu-ilmu agama (Islam) demi untuk kemaslahatan kita di dunia dan akhirat. Disamping itu, sekaligus bertujuan untuk mengurangi kebodohan dengan keterbelakangan bukan memberantas kebodohan dan keterbelakangan. Karena, tidak mungkin kebodohan diberantas secara menyeluruh, seperti halnya kita tidak akan mampu menghabiskan ilmu-ilmu Allah.

Ingat firman ALLAH : وما اوتيتم من العلم إلا قليلا

"Dan tidaklah kamu diberi ilmu kecuali sedikit". (QS : 17 : 85)

Yang paling penting, ilmu-ilmu yang telah kita peroleh, hendaklah kita terapkan sesuai dengan tempatnya masing-masing. Karena pada dasarnya apa saja yang telah kita pelajari di dunia ini, bisa kita jadikan penghayatan untuk menuju kebesaran Allah .

Ingat firman ALLAH ; وتلك الأمثال نضربها للناس وما يعقلها الا العالمون

"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu". (QS : 29 : 43)

Saya kira sambutan ini sudah cukup, mudah-mudahan bermanfa'at dan ada barokahnya, Amin.

Sekian, Wal-'Afwu Minkum.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

KH. CHOIROZYAD TA

SAMBUTAN BUPATI KUDUS

SAMBUTAN BUPATI KUDUS
PADA
PENERBITAN MAJALAH TAHUNAN
MADRASAH NU TBS KUDUS
“ATH-THULLAB” EDISI XIII

Assalamu’alaikum Warahmatullah,
Selamat dan sukses saya sampaikan kepada segenap Pengurus, Pengasuh dan para Santri Madrasah NU Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus atas terbitnya majalah tahunan “Ath Thullab” edisi XIII.


Terbitnya yang ke-13 ini kiranya menunjukkan betapa tinggi konsistensi pengasuh Madrasah TBS memberikan wahana sosialisasi bagi para santri. Sebuah wahana yang amat diperlukan bagi generasi muda yang sedang dalam dinamika perkembangan baik fisik maupun psikis, yang amat memerlukan penyaluran aktualisasi diri.

Sejalan dengan tema yang diangkat, saya menaruh harapan edisi kali ini semakin mengobarkan semangat dan memperkukuh jati diri para santri sebagai insan yang sadar bahwa dirinya adalah para kader “khalifatullah fil ardl”, yang mampu mengarungi masa depan yang sarat tantangan dalam berbagai aspek kehidupan, dengan tetap berpegang teguh kepada akidah Islam.

Seperti kita pahami, sisi lain dari kemajuan ilmu dan teknologi yang demikian pesat bisa menyeret ke dalam dehumanisasi kehidupan manusia. Di sinilah pentingnya senantiasa digemakan “Santri, Inilah Aku !” dalam sanubari setiap santri Madrasah TBS Kudus, agar setiap geraknya mencerminkan nilai-nilai ajaran agama Islam yang menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, kasih sayang, serta meneladani sikap dan sifat Rasulullah Muhammad SAW, yakni shiddiq, amanah, tabligh, dan fatonah. Dengan sikap itu maka kelak setiap siswa TBS akan menjadi mutiara-mutiara yang mampu menyinari lingkungannya dimana ia berada.


Berkaitan dengan hal itu, kepada para Santri TBS Kudus, saya berpesan agar jangan ada kata bosan menuntut ilmu. Terus bekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan umum maupun agama yang diberikan Ustadz dan cari terus ilmu dari berbagai sumber. Dari para alim ulama, media massa, pustaka, dan tak kalah pentingnya adalah dari lingkungan hidup kita sehari-hari yang merupakan guru terbaik bagi kehidupan kita.

Saya pesankan hal ini, karena ilmu adalah kunci dari semua kesuksesan, baik kesuksesan di dunia maupun kesuksesan di akhirat kelak. Selanjutnya, manfaatkan majalah Ath-Thullab ini sebagai media pengasah pengetahuan, ketampilan dan kreatifitas, menjalin komunikasi lingkungan internal sekolah maupun eksternal di luar sekolah.

Pada akhirnya, mari senantiasa memohon kehadirat Allah SWT, semoga para santri TBS Kudus diberikan kesuksesan dalam belajar, kelak mampu menjadi generasi yang berkualitas dalam ilmu, iman serta amalnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah.

BUPATI KUDUS
H. MUSTHOFA

Selasa, 07 Juli 2009

Editorial


santri, sebuah istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Mendengar kata tersebut, seketika pikiran kita tertuju pada pondok pesantren (ponpes). Memang benar santri selalu identik dengan ponpes. Akan tetapi, istilah santri tidak bisa dikaitkan hanya dengan seseorang yang bermukim di pesantren saja, melainkan kepada orang-orang yang mempelajari serta mendalami ilmu agama Islam kepada ulama’.


Jadi, santri adalah mereka yang selalu menganut dan mengamalkan perilaku yang dilakukan oleh ulama’ serta mendengarkan ilmu dan belajar kepadanya. Sebab, sudah ditetapkan bahwa ulama’ adalah pewaris para Nabi. Jika kita mengikuti serta mengamalkan tata cara dan perilaku mereka, maka dengan demikian kita telah mengikuti sunnah para Nabi. Maka orang yang thalabul ilmi di madrasah-madrasah di bawah bimbingan para ulama’ bisa disebut juga sebagai santri.

Sebenarnya, keberadaan santri sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam segi apapun, bahkan dalam struktur kenegaraan. Santri sebagai penerus para ulama’ juga mempunyai peran penting terhadap tetap tegaknya suatu negara. Sebab, suatu negara tidak dapat berdiri kokoh jika pemimpinnya tidak mempunyai bekal ilmu keagamaan.

Namun, santri juga harus pandai memanfaatkan ilmunya. Selain dimanfaatkan sebagai pedoman beribadah bagi diri sendiri, santri juga harus berani dan mampu berjuang menegakkan agama Islam. Sebab, sebaik-baik umat adalah mereka yang mau amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran). Tak hanya itu, di era globlalisasi ini seorang santri juga dituntut untuk bisa menguasai teknologi. Kita tentu mengetahui bagaimana sebuah perubahan dalam setiap lini kehidupan. Kecepatan pertumbuhan teknologi kini melipat jarak dan waktu. Maka untuk berkompetisi dalam dunia seperti sekarang ini, hal yang perlu diperhatikan adalah meningkatkan kualitas dikarenakan para santri akan berjuang untuk waktu yang akan datang. Maka dari itu, mereka harus bisa menguasainya.

Tetapi mereka juga harus hati-hati terhadap dampak negatif teknologi yang sangat berpengaruh kepada akhlaqul karimah dan kepribadian santri. Jika tidak dibarengi dengan filter, maka sedikit demi sedikit jati diri santri akan terkikis. Namun, hal itu dikembalikan pada pribadi masing-masing. Sebab teknologi adalah sebuah alat yang selain bermanfat juga berbahaya, tergantung bagaimana mereka menggunakannya. Seperti pisau yang tajam akan lebih bermanfaat untuk memotong sayuran. Tetapi pisau tersebut juga akan berbahaya, jika digunakan untuk kejahatan seperti membunuh orang.


Dengan demikian, jika penguasaan teknologi telah dimiliki maka seorang santri akan menjadi pusat pergerakan modern yang akan diperhitungkan sebab pengaruhnya tidak hanya dirasakan oleh kalangan regional-lokal tetapi juga global. Jadi kita tidak akan bisa lepas dari namanya teknologi yang semakin berkembang pesat karena semua aspek kehidupan sekarang itu pasti diwarnai dengan yang namanya teknologi. Oleh karena itu, santri tidak boleh ketinggalan. Santripun harus bisa menguasai teknologi, bukan hanya ilmu keagamaan saja karena teknologi itu juga merupakan bagian dari ilmu Allah sehingga harus dikuasai dengan betul. Jangan sampai santri ketinggalan dalam bidang tersebut. Dan santri harus senantiasa bangga dengan berucap “Santri, Inilah Aku!”.

About Magazine

Foto saya
ATH THULLAB adalah majalah tahunan Madrasah NU TBS Kudus, yang di terbitkan oleh segenap PP-IPNU MA NU TBS. ATH THULLAB sekarang sudah mengijak pada edisi 17 dengan tampilan yang apik dan mengalami rovolusi serta pembaruan di berbagai rubrik. Akhir kata, Selamat membaca..

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More